Topeng Malang, bentuk sinergi ratusan tahun lalu, catatan Yudit Perdananto
Jaman kini muncul diksi kolaborasi dan sinergi. Ternyata berbicara kolaborasi sudah sejak lama muncul. Salah satunya lukisan di kanvas yang dibuat oleh Yudit Perdananto. Dimana lukisan tersebut merupakan wujud gambaran dari proses itu, lukisan yang dibuat pada tahun 2015 itu menceritakan hubungan antara pemegang kekuasaan (pemerintah), Budayawan dan masyarakat.
Lukisan dengan latar awal abad 19 ada seorang kepala pemerintahan di malang bernama bupati Suryahadiningrat yang mencintai kebudayaan Malang. Kepopuleran topeng malang terjadi karena instruksi dari sang Bupati Malang yang mewajibkan setiap priyayi (pegawai kabupaten) dan anak anak muda harus belajar menari topeng.
Dikisahkan saat itu ada sekitar 28 grub topeng yang tersebar di Malang. Tahun tahun itu bertepatan dengan proyek besar pemerintah Hindia Belanda yang di dukung oleh kraton-kraton di Jawa seperti Surakarta, Jogja dan Mangkunegaran. Dengan dikepalai oleh Mangkunegoro ke-VII, hasilnya lahirlah sebuah lembaga kebudayaan Jawa bernama Java Institute. Proyek utama dari Java Institute adalah pendataan /pendokumentasian kebudayaan dan rekonstruksi Kesenian yang hampir hilang. Wilayah pendataan meliputi Jawa,Sunda,Bali dan Madura. Lalu mengadakan festival kebudayaan dari setiap Kabupaten, seni tradisi yang terpilih di Malang adalah wayang topeng Malang. Proyek kesenian yang di pimpin langsung oleh Bupati Malang sebagai kordinatornya terpilihlah seorang bernama Condro (Rani) dengan team budayawan Malang.
Wayang topeng Malang yang konon berusia 300 tahun berhasil di rekonstruksi meliputi artefak seni topeng dan pertunjukannya. Hasil rekonstruksi ulang di buat dengan standarisasi klasik bernilai adiluhung, apik tur migunani. Berarti bernilai, apik dan berguna. Kini hasil rekonstruksi tersebut disimpan di sebuah keraton Jawa, Museum nasional di Jakarta dan beberapa museum di luar Negeri.
Kesimpulanya kolaborasi antara pemerintah sebagai pemegang kebijakan, pemilik legalitas, penguasa wilayah,dan penyandang dana sedangkan ,budayawan,dan masyarakat sebagi pendukung sudah pernah terjadi di masa itu. Kini topeng malang,mencapai titik keindahannya dan terkenal hingga kini. Karena adanya sebuah “Sinergitas” oleh para shetakeholder juga masyarakat pendukung dan pencinta wayang topeng Malang.
**Yudit perdananto, penulis buku Waranacrita, Sosiologi pedalangan Jawa Timur gaya malangan