Karya Seni, Penjara dan Terciptanya Kebudayaan, catatan Nashir Ngeblues
Karya seni adalah salah satu komponen terpenting dalam menciptakan kebudayaan manusia selain hukum adat dan hukum agama, begitu pendapat Dr Ali Syariati dalam salah satu bukunya.
Karya seni adalah bagian dari sejarah kebudayaan masyarakat, beberapa teori kebudayaan memakai karya seni (seni rupa dan sastra) sebagai analisa dan pembacaan atas realitas yang terjadi pada suatu masyarakat, sehingga karya seni juga menjadi pelajaran bagi suatu kaum atau individu dalam proses menghadapi interaksi sosial ke depannya agar menjadi lebih baik.
Setiap seniman akan berusaha menggambarkan tentang kehidupan dirinya, masyarakatnya juga kondisi sosial politik dan ekonomi yang mereka hadapi dengan berbagai kemampuan yang melatar belakangi kemampuan dirinya, entah menggambarkan lewat lukisan, puisi, novel atau cerpen, bahkan tari dan karya seni lainnya.
Semua seniman berusaha menggambarkan realitas kemanusiaan pada masanya, Pramoedya Ananta Toer menggambarkan tentang kondisi sosial pada masa perang, kondisi politik pada rentang tahun 1950 – 1960an.
Anton Chekov yang berusaha menggambarkan tentang keroyokan cara berpikir masyarakat dengan karya cerpennya, demikian juga yang coba dilakukan oleh Alm. Ratna Indrasawari Ibrahim dengan cerpen dan novelnya.
Karya seni tidak melulu bicara tentang keindahan kata dalam karya sastra. Tidak melulu bicara keindahan warna dalam konteks senirupa dan tidak melulu bicara tentang kegemulaian dalam sebuah tari, tapi juga harus bicara tentang fakta sosial, ekonomi, politik dan ketidak adilan dalam interaksi berbangsa dan bernegara.
Dalam kumpulan cerpen yang ditulis oleh para narapidana perempuan di Lapas Perempuan – Kota Malang umpamanya, menggambarkan tentang banyak hal didalamnya, tentang ketidak adilan yang diterima oleh seseorang sehingga harus merasakan dipengaruhi atas perbuatan yang tidak dijalaninya.
Ada juga yang merasa justru dipenjara lah seseorang itu terbangun kesadarannya, sehingga dia merasa bahwa penjara adalah tempat untuk memperkuat keyakinan dan kesabaran agar mampu menerima takdir dari Tuhan dengan segala kebijaksanaan dan kesadarannya.
Hamka dan Pramoedya adalah dua tokoh Sastrawan besar negeri ini yang justru didalam penjaralah mereka mampu menciptakan karya yang monumental dalam perjalanan hidupnya. Demikian juga dengan Imam Khomeini yang menyerukan Revolusi dan mengendalikan proses revolusinya dari dunia pengasingan.
Karya seni adalah salah satu ujung tombak terbentuknya kebudayaan dan penjara dengan tembok yang kokoh dan jeruji besi yang kaku, bukanlah tempat yang bisa membatasi pergerakannya.
Nashir Ngeblues