destinationTravelurban malang

Makna Ragam Hias Lampu Hias Kayutangan

Bagi siapa saja yang berkunjung ke kawasan Kayutangan Malang, tentu yang menarik perhatian adalah deretan lampu hias warna hijau kombinasi warna emas. Sekilas nampak deretan lampu hias ini memenuhi sisi barat dan timur jalan Basuki Rahmat Malang, yang kini lebih dikenal dengan kawasan kayutangan. Lampu ini dipasang dengan jarak tertentu dan memberikan kesan hangat dan ramah pada setiap pejalan kaki atau siapapun yang sedang berada disana. Mulai dari zona 1 hingga zona 3 kawasan Heritage kayutangan, lampu hias ini memanjang bagai deretan lilin raksasa yang menerangi kawasan tersebut.

Diketahui bahwa kurang lebih ada 95 tiang lampu hias jalan telah terpasang di sepanjang Kayutangan Heritage mulai dari depan Kantor PLN zona 1 hingga Gereja Bunda Hati Kudus di zona 3. Pengadaan lampu tersebut diadakan melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang pada tahun perubahan anggaran tahun 2021 senilai Rp. 2,9 Milyar rupiah untuk 100 tiang lampu hias jalan tersebut. Model lampu hias yang dipasang memiliki corak klasik, meski banyak kalangan menyakini kalau model lampu hias tersebut mirip dengan lampu hias di Malioboro Yogyakarta. Terlebih lagi menurut beberapa kalangan, dengan warna tiang yang dominan warna hijau dan warna keemasan ditambah dengan garis warna merah menambah kesan warna khas Kraton Yogyakarta semakin ketara pada lampu hias di kayutangan tersebut.

Namun tahukan makna dari ragam hias lampu jalan yang terletak di kawasan kayutangan Malang tersebut? Bila dicermati lebih jauh bahwa tiang lampu hias kayutangan memiliki dimensi tinggi sekitar 3,5 meter dan lebar 180 cm. Memiliki bagian kepala dan lengan lampu hias yang diatasnya nampak 3 buah lampu berwana kuning dalam wadah berkaca.

Apabila kita perhatikan maka di bagian atas 3 tiga lampu tersebut terdapat bagian runcing seperti lilin seukuran 30 cm. Bagian runcing tersebut sekilas mirip dengan Tugu Kemerdekaan Malang lengkap dengan pipi tangganya. Tugu Malang terletak di depan Balaikota Malang, berdiri sebagai peringatan kemerdekaan Indonesia yang dibangun setelah Proklamasi. Pada peringatan hari kemerdekaan indonesia pada tanggal 17 Agustus 1946 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan Tugu Peringatan Proklamasi Kemerdekaan. Saat itu ditandatangani keputusan panitia pembangunan dipimpin oleh Dul Arnowo (Wakil Gubernur Jawa Timur) Mr. Soenarko (Residen Malang), dan A.G Soeroto sebagai ketua panita. Pembangunan tugu yang saat itu mencapai 95% dihentikan karena ada aksi militer. Namun pada saat Agresi Militer pertama di kota Malang pada akhir Juli 1947, monumen Tugu ini pernah dihancurkan oleh tentara kolonial. Hingga akhirnya pada 9 Juni 1950 atas inisiasi para pemuda dan tentara maka dibangun kembali Tugu Kemerdekaan. Pembangunan kembali Tugu ini diresmikan oleh Presiden Sukarno pada 20 Mei 1953.

Sedangkan dibagian lengan lampu hias terdapat 2 model ornament. Pada bagian atas lengan terlihat ornamen bunga teratai yang sedang mekar beserta daun-daunnya. Pemilihan bunga teratai ini erat kaitannya dengan makna kesucian bagi agama Budha dan Hindu di era Kerajaan Singasari. Bunga Padma kerap digunakan sebagai kelengkapan ritual keagamaan dimasa lampau. Selain itu bunga padma atau teratai ini juga bermakna kelahiran kembali dan kebahagiaan yang mewakili kemurnian pikiran dan tubuh.

Sedangkan ornamen atau ragam hias yang berada di bawah lengan lampu hias kayutangan terlihat seperti dua buah Singa yang sedang berhadap-hadapan. Simbol singa ini erat kaitan dengan simbol Kota Malang pada era kolonial belanda, dimana Singa menjadi lambang kerajaan belanda sekaligus lambang monarki keluarga orange. Gemeente Malang juga menggunakan lambang singa ini untuk menunjukan kekuasaannya. Singa juga juga melambangkan jiwa kepahlawanan. Spirit ini yang sering digunakan oleh arek-arek Malang untuk maju dan berkembang.

Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa ragam hias lampu kawasan kayutangan Heritage yang menyala mulai pukul 17.30 ini memiliki makna dan simbolisasi atas beberapa hal yang terkait atas perjalanan kota Malang sejak masa kerajaan, masa kolonial dan masa kemerdekaan. Agung H Buana pemerhati budaya Kota Malang, menyatakan bahwa makna yang tersirat pada lampu hias ini menunjukan panjangnya peradaban di Kota Malang. “Perkembangan kota Malang dapat dilihat dari pemilihan ornament serta simbolisasi pada lampu hias Kayutangan.”ujar pria yang juga ASN Pemkot malang ini. Mulai dari situ perlu kita apresiasi simbolisasi dan makna dari lampu hias itu meskipun diawal keberadaaan lampu hias ini diwarna dengan pro kontra atas warna tiang lampu tersebut yang dominan dengan warna hijau ini.

Lain kali kalo ke kawasan kayutangan cobalah tengok dan amati serta rasakan makna yang tersirat pada lampu hias tersebut. Selamat mengamati keindahannya dan merenung simbol yang terkandung didalamnya (Djaja)

2 thoughts on “Makna Ragam Hias Lampu Hias Kayutangan

  • Raymond Valiant

    Sebenarnya desain tiang lampu bergaya victorian (klasik) ini tidak ada hubungan dengan “sejarah dan perkembangan” peradaban Kota Malang. Rencana lampu jalan ketika dijadikan gambar rencana tidak pernah menyebut analisis semacam yang diuraikan narasumber ini. Rencana pembangunan jangka menengah Kota Malang yang dipaparkan Pemerintah ke DPRD Kota Malang, menyebut “malioborosasi” Kayutangan.

    Reply
    • terima kasih perhatiannya, terkait ragam hias lampu tersebut oleh narasumber telah dijelaskan makna dari ornament/hiasan yang ada/menempel pada tiang lampu di kayutangan. Selanjutnya mengenai desain tiang victorian termasuk warna dan konsep malioboroisasi tidak dibahas pada tulisan tersebut, karena sudah banyak dibahas oleh media lainnya, terima kasih

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?