Sekilas Sejarah Prasasti Monumen Pahlawan TRIP Malang
Kota Malang adalah kota yang memiliki banyak tinggalan sejarah. Mulai jenis tinggalan masa lampau dari benda, bangunan hingga struktur yang masuk dalam kategori cagar budaya. Salah satu yang terkenal adalah prasasti Dinoyo I dan prasasti Dinoyo II tinggalan masa klasik. Namun adakah prasasti era modern yang memiliki nilai sejarah di kota Malang?. Prasasti sendiri menurut Wikipedia adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.
Salah satu prasasti jaman era kemerdekaan yang memiliki nilai historis di Kota Malang adalah Prasasti yang berada di dalam komplek Makam Monumen Pahlawan TRIP. Peletakan prasasti dijalan Pahlawan TRIP Malang (dahulu Jalan Salak) berada di sebelah sisi utara pusara makam TRIP. Sedangkan bagian muka prasasti menghadap arah selatan. Sehingga siapapun yang masuk kompleks untuk berziarah dalam makam ini akan memandang prasasti tersebut dengan jelas.
Prasasti ini memiliki lebar 100 cm dan tinggi 160 cm, terbuat dari bahan keras berupa marmer yang didirikan vertikal dengan hiasan marmer hitam. Proses pembuatan prasasti ini dikerjakan oleh PT. Karaka Surabaya yang memiliki keahlian memahat marmer dan nisan makam Belanda. Dipasang dan sekaligus diresmikan pada peringatan hari Pahlawan tanggal 10 Nopember 1959.
Prasasti ini menuliskan pesan emas dari Presiden Republik Indonesia Pertama yaitu Ir. Soekarno yang menuliskan kalimat sebagai berikut.
“Kepadamu jang mendahului kami, menghiasi taman-taman pahlawan. Kami berjanji akan terus menyalakan api semangatmu, untuk kemerdekaan , kemakmuran dan keadilan.”
Malang, Hari Pahlawan 1959 , atas nama Rakjat, Soekarno (ditandatangani)
Menariknya bahwa proses penulisan prasasti ini belum banyak yang diketahui oleh masyarakat Malang. Merujuk pada buletin MAS TRIP nomer 93 tahun XVIII pada September 1994 dituliskan sekelumit sejarah proses penulisan prasasti tersebut.
Dalam riwayatnya pada tahun 1958, Yayasan Perbaikan Makam TRIP yang diketuai oleh Sdr. Soendoro, SH mengutus Sdr. Abdullah Kusrin dan Sdr. Ir. Subadi dari Malang untuk menghadap Presiden Soekarno. Utusan tersebut dengan maksud memohon restu dan perkenan Presiden dalam rangka pembuatan prasasti yang akan dipasang di Makam Pahlawan TRIP. Seperti diketahui bahwa Makam di jalan Salak Malang perlu perbaikan setelah peristiwa 31 Juli 1947 dimana telah gugur 35 anggota TRIP yang dikebumikan dalam satu liang lahat ketika menunaikan tugas laga.
Singkat cerita utusan TRIP yaitu Abdullah Kusrin dan Ir. Subadi diterima oleh Presiden Soekarno di Jakarta. Segala maksud dan tujuan TRIP adalah dapat diterima serta direstui oleh Presiden. Sudah barang tentu rasa bangga, gembira dan tidak sia-sia perjalanan jauh menghadap Presiden berhasil dengan baik, termasuk pembuatan prasasti.
“Berapa besar Prasasti yang akan buat?” tanya Presiden pada utusan TRIP tersebut. Pertanyaan ini tentu saja membuat kaget karena sejatinya detail dari prasasti itu belum terperinci. Namun dengan keyakinan dan ketegasan utusan yang juga TRIP ini dapat dijawab dengan singkat dan padat. “Lebar 100 cm dan pajang/ tinggi 160 cm” ujar utusan TRIP dengan menyakinkan. Lalu selanjutnya Bung Karno memerintahkan untuk menyiapkan papan tulis. “Siapkan papan tulis sebesar prasati yang akan dibuat. Nanti sore bawa kemari.”perintah Presiden.
Bisa dibayangkan bagaimana daya upaya Abdullah Kusrin dan Ir. Subadi menyiapkan papan tulis tersebut dalam waktu yang sangat singkat. Terlebih lagi ukuran papan tulis yang diminta Bung Karno harus presisi dan benar. Singkat cerita sore itu akhirnya didapatkan papan tulis dengan ukuran yang sesuai. Selanjutnya sambil membawa papan tulis tersebut, kedua utusan TRIP menghadap Presiden lagi. Sambil tersenyum Bung Karno Presiden Pertama Indonesia ini dengan tersenyum memandang papan tulis tersebut berkata, “Darto, kapur tulis ! ”
Mendengar perintah Bung Karno tersebut berarti Presiden berkenan untuk menuliskan kata-kata dalam prasasti tersebut yang akan dituangkan dalam papan tulis. Seketika saja kedua utusan TRIP merasa lega seperti mendapat guyuran air es ditengah situasi sore hari, sekaligus tumbuh lagi rasa percaya diri keduanya.
Sesaat kapur tulis diterima Bung Karno dari ajudannya, seketika itu pula Bung Karno mematahkan ujung kapur tulis tersebut dan goreskan beberapa coretan ditempat lain. Kebiasaan mematahkan ujung kapur tulis ini biasa dilakukan oleh guru ataupun keluarga guru. Terlihat benar bahwa pemimpin Indonesia ini memiliki jiwa pendidik dalam segala tingkah lakunya. Kedua utusan TRIP itupun memandang dengan seksama dan berdoa sambil menduga-duga apa gerangan yang akan dituliskan oleh Bung Karno.
Setelah hening sejenak Bung karno sambil memegang kapur tulis, sebelum goreskan tulisan ke papan tulis, terdengar jelas beliau mengucapkan, “Bismilllahirohmanirohim”. Begitulah orang besar, pemimpin bangsa yang hati-hati dalam bersikap dan berkata-kata. Nampak jelas Bung Karno dengan lancar, ringan dan mengalir tanpa henti menuliskan kata demi kata di papan tulis tersebut sampai selesai dan tuntas. Sambil memperhatikan Bung karno menulis, kedua utusan TRIP tersebut tak henti-hentinya memandang tulisan indah pemimpin Indoensia dengan kekaguman.
Ditengah rasa kekaguman tersebut tiba-tiba Bung Karno berkata, “Kapan kamu pulang dan naik apa? ” Segera saja Abdullah Kusrin dan Ir. Subadi menjawab hampir bersamaan, “Hari ini dan naik kereta api.” Apa jawab Bung Karno saat mendengar jawaban dari TRIP tersebut. “Tidak bisa, papan tulis ini akan rusak” kemudian beliau memanggil ajudannya.
“Darto, hubungi Soerya Darma, supaya menyiapkan pesawat Dakota untuk mengantar prasasti ini sampai tiba di Malang.”perintah Presiden pada ajudannya. “Lumayan dapat merasakan naik pesawatnya TNI AU,” gumam Abdullah Kusrin pada Ir. Subadi. Sesaat kemudian prasasti papan tulis tersebut tiba di Malang dengan selamat.
Namun persoalan belum berakhir. Bagaimana caranya memindahkan tulisan Bung Karno tersebut ke media lain bahan baku prasasti. mereka pun tidak kehilangan akal. Akhirnya papan tulis tersebut ditempeli kertas minyak dan selanjutnya tulisan Bung Karno dicopy untuk dipindahkan ke marmer yang siapkan. Selanjutnya proses pemahatan tulisan Bung Karno dilakukan oleh tim PT. Karaka Surabaya.
Demikianlah sekelumit kisah proses pembuatan Prasasti Monumen TRIP yang ada di jalan Pahlawan TRIP Malang. Seperti yang disampaikan oleh Abdullah Kusrin dan Ir. Subadi pada Ki Suryo M untuk diterbitkan melalui buletin TRIP bulan September 1994. Hingga saat ini Prasasti TRIP tetap berdiri dengan kokoh, terlihat megah dengan goresan tangan Bung Karno Presiden Republik Indonesia Pertama. (Dajaja)