Monumen MAS TRIP bersolek jelang peringatan pertempuran Jalan salak, pasca di corat-coret.
Menjelang peringatan 75 Tahun peristiwa pertempuran Jalan Salak yang mengakibatkan gugurnya 35 orang Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) pada 31 Juli 1947, seniman pembuat monumen TRIP Achmad Asfali dibantu beberapa komunitas melakukan renovasi. Bertempat di monumen TRIP didirikan yaitu di ujung taman kecil depan RS Husada Bunda menghadap ke Timur, tepat disimpang jalan Idjen Boulevard dan Jalan pahlawan TRIP, selasa pagi 26 Juli 2022 terlihat beberapa orang sedang membersihkan dan merenovasi teks pada monument tersebut.
Kegiatan renovasi perbaikan kecil pada monumen TRIP ini merupakan sebuah bentuk kepedulian dari beberapa komunitas yang prihatin terhadap monumen perjuangan yang beberapa waktu lalu mengalami vandalism berupa corat-coret. Achmad Asfali sebagai pembuat patung TRIP bergegas menawarkan diri untuk melakukan aksi perbaikan kecil di monumen tersebut. Nampak Asfali tidak sendiri melakukannya, dibantu oleh beberapa orang dari Paguyuban MASTRIP yaitu Mayor Budi (G2-TRIP), Yoyon dan Kisni dari Komunitas Seikil serta Tri Iwan dari komunitas Satus Repes, rela berpanas-panasan melakukan pembersihan patung.
“Kami terpanggil dan rela kepanasan di pagi ini karena apa yang kami lakukan, tidak sebanding dengan perjuangan tentara TRIP yang gugur melawan Belanda,”ujar Yoyon seniman berambut gondong dengan antusias. Belum lagi Asfali yang merasa bernostalgia dengan karyanya setelah lebih dari 15 tahun tidak ada renovasi atas patung TRIP tersebut. Mayor Budi salah seorang penerus perjuangan TRIP yang juga Generasi ke 2 TRIP meminta agar keturunan TRIP untuk tetap perduli dengan peristiwa pertempuran jalan Salak yang heroik bagi kota Malang. “Kepedulian semua pihak adalah kunci berlanjutnya nilai-nilai perjuangan tentara pelajar TRIP,”ujarnya bersemangat. Pekerjaan mulia berupa renovasi ini juga merupakan pesan kepada generasi mendatang untuk menghargai jiwa pahlawan.
Dilain pihak pengamat sejarah yang juga Sekretaris TACB kota Malang 2016-2021, Agung H Buana ditempat terpisah menyatakan bahwa kepedulian terhadap sebuah peristiwa heroik seperti pertempuran jalan Salak yang kini menjadi jalan Pahlawan TRIP merupakan bagian dari pewarisan nilai-nilai kejuangan bangsa. Sehingga semua pihak harus turut serta mengedukasi bahwa di Malang pernah terjadi peristiwa yang menunjukan keberanian anak muda bertempur melawan Belanda. Mereka yang tergabung dalam TRIP terpanggil membela ibu pertiwi dengan segala kemanpuannya. “Kita harus mampu meneruskan cita-cita perjuangan Pahlawan TRIP yang telah gugur mendahului,’ujarnya.
Seperti diketahui bahwa Monumen MASTRIP yang menggambarkan 2 sosok pemuda pelajar sekaligus pejuang yang tergabung dalam Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) ini diresmikan pada tanggal 31 Juli 2008 oleh Walikota Malang Drs. Peni Suparto, M.AP dalam sebuah upacara TRIP. Patung TRIP digambarkan membawa senjata dan buku yang berarti berjuang dan belajar dimasa revolusi mempertahankan kemerdekaan adalah kewajiban semua, tak terkecuali pelajar. Bagi Ahmad Asfali pembuat patung TRIP tersebut bahwa memujudkan patung tersebut merupakan kebanggaan sekaligus penghormatan kepada Pahlawan TRIP. Harapannya agar jiwa perjuangan pertempuran jalan Salak dan semangat berkarya membangun masa depan bisa dilanjutkan oleh generasi yang lebih muda. (masiyo)