Daily lifeeventsurban malang

Mbabar Mbubur Suro, ritual di Makam Ki Ageng Gribig Malang

Sebagai masyarakat Jawa yang masih menjunjung tinggi adat dan kebiasaan budaya jawa maka momentum Suro adalah puncak ritual kegiatan orang yang berpikir dan bertindak sebagai jawa. Hal ini juga yang dilakukan oleh komunitas di Madyopuro Malang yang tergabung pada Pokdarwis Kampung Gribig Religi. Dimana akan dilaksanakan ritual menjemput (mapak) bulan Suro dengan acara Mbabar Mbubur Suro di pesarean Ki Ageng Gribig Malang pada hari Jumat tanggal 29 Juli 2022 setelah sholat Ashar. Sekaligus ungkapan syukur bahwa Pesarean Ki Ageng Gribig telah menerima manfaat perbaikan paving atas bantuan pemkot Malang tahun 2022.

Ritual Mbabar mbubur Suro adalah kegiatan bersama masyarakat Madyopuro untuk membuat bubur Suro secara gotong royong. Mulai dari penyediaan beras hingga ubo rampe lainnya. Acara ini telah digelar sejak tahun 2020, dimana jauh sebelumnya aktifitas membuat bubur ini telah dilaksanakan oleh masyarakat Madyopuro, namun sempat terkendala. Kegiatan tahun ini adalah kegiatan yang ketiga yang dilaksanakan oleh Pokdarwis Gribig Religi Malang.

“Acara mbabar mbubur ini adalah kegiatan gotong royong masyarakat Jawa khususnya di Madyopuro yang dimaksudkan untuk membersihkan diri pada bulan Suro,”ujar Devi Arif ketua Pokdarwis Kampung Gribig Religi. Bubur Suro sejatinya adalah bubur beras yang diatasnya diberi telor dadar, tempe kering, sayur kacang panjang dan aneka ragian juga tak lupa sedikit bumbu rempah. Sehingga perpaduan dari semua bahan makanan itu terasa gurih, asin, pedes dan manis seperti kehidupan manusia yang penuh dinamika. Biasanya bubur suro disajikan dengan takir yaitu bungkus makanan yang terbuat dari daun pisang yang dikemas sedemikian rupa sehingga bisa menjadi wadah bubur.

Untuk kegiatan mbabar mbubur suro tahun 2022 akan disediakan sebanyak 125-150 porsi bubur. Pembagian bubur suro dilakukan di areal pesarean Ki Ageng Gribig Malang dan terbuka untuk semua kalangan. sebelumnya aktifitas ngudeg bubur juga dilakukan di Sasono Pondok Musyafir di areal makam. Semuanya dapat dinikmati setelah sholat ashar menjelang malam satu suro tepat dipergantian tahun baru jawa.

Santoso (70 thn) warga Madyopuro yang akrab dipanggil mbah So menambahkan bahwa kebiasaan membuat bubur Suro adalah adat kebiasaan masyarakat jawa yang mengingat asal muasal kehidupannya. “Telor atau endog ibarat awal kehidupan, bulan Suro adalah awal tahun baru bagi orang jawa,”katanya. Seiring dengan hal tersebut bahwa kehidupan diawali dengan kelahiran lalu dilanjutkan dengan naik turunnya kehidupan itu sendiri yang dilambangkan dengan aneka ubo rampe Bubur Suro.

Bulan suro bagi masyarakat jawa adalah Bulam Muharram di kalender Islam. Persilangan waktu antara bulan Suro dan muharram ini dipadukan oleh Sultan Agung yang melambangkan ketekaitan antara budaya islam dan budaya Jawa di tanah Jawa. Sehingga orang jawa tidak kehilangan budaya Jawa nya dan orang Islam dapat mejalankan syariatnya dengan memahami kebudayaan lokal. (masiyo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?