Art and Culturemaestro

Achmad Asfali, Seniman pembuat patung monumen MAS TRIP Malang

Sebagian besar masyarakat Malang tentu tidak asing dengan kawasan Jalan Idjen Boulevard. Sebuah jalan utama di Kota Malang yang memiliki ikonik dengan deretan pohon palem. Sekilas mirip dengan kawasan Baverly hills dengan pohon palem yang menjulang tinggi. Namun keindahan jalan Idjen Boulevard tidak lepas dari sebuah peristiwa heroik yang terjadi 75 tahun yang lalu, tepatnya pada 31 Juli 1947. Sebuah peristiwa yang selalu diingat dan dikenang oleh Paguyuban Mastrip, yaitu paguyuban keluarga besar Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Masyarakat Malang mengenal peristiwa itu dengan sebutan Pertempuran jalan Salak. Dimana saat itu 35 orang TRIP yang berusia 12-20 tahun gugur mempertahankan kemerdekaan. Kini jalan Salak berubah menjadi jalan Pahlawan TRIP.

Untuk mengenang keberanian TRIP dan upaya pewarisan sejarah tersebut maka atas prakarsa Kolonel Pur. Drs. H. Boges Soedjadi G.R, BA dan Soejoso Tjokrodihardjo (keduanya pejuang pelajar TRIP, almarhum) pada tahun 2004 digagas pendirian monumen TRIP dalam bentuk patung pemuda pelajar TRIP. Sehingga untuk mewujudkannya diamanahkan kepada Drs. Achmad Asfali (65) yang juga guru seni rupa SMA Taman Harapan Malang, untuk membuat konsep dan mewujudkan monumen perjuangan TRIP mengenang peristiwa jalan Salak. Asfali adalan seorang seniman lulusan S-1 FKT Departemen Tehnik Mesin IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri Malang) juga pemilik sanggar seni rupa “Siedan Art Gallery” bertempat tinggal di jalan Danau Ranau I Blok G2C No. 1, Sawojajar kota Malang. Merasa mendapatkan kehormatan dan tanggungjawab besar untuk mengenang peristiwa tersebut.

Ahmad Asfali bersama rekan seniman dan paguyuban TRIP

“Pada saat itu tahun 2004, saya di panggil bapak Soejoso Tjokrodihardjo dan bapak Boges Soedjadi yang keduanya merupakan pejuang tentaraTRIP saat pertempuran yang dulunya jalan Salak, dari obrolan bertiga pak Soejoso Tjokrodihardjo menginginkan saya mendesain gambar kedua patung pahlawan tentara pelajar TRIP di lokasi sekarang ini. Desain kedua patung di bagi dalam beberapa bagian mulai kaki, tubuh, kedua tangan memegang senjata tangan kanan dan tangan kiri memegang buku pada patung usia 12 tahun, kemudian desain pada kepala, dan juga patung sebelah kirinya juga dengan desain yang sama agar di temukan gambaran tubuh manusia proposional,” ujar Asfali panggilan akrabnya.

Kemudian Asfali menghubungi seniman asal Jogyakarta bernama Jatmoko untuk membentuk detil desain patung Pahlawan tentara pelajar TRIP kota Malang. Jatmokolah yang memberikan sentuhan desain patung yang lebih bercirikan karakter pejuang heroik dengan desain gambar bentuk raut muka dan postur bentuk badan kedua patung dengan bentuk wajah usia pelajar antara 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Selanjutnya mulailah dibuat pola dari desain yang dibuat bersama. Semua desain gambar kedua patung, dan bahan yang akan digunakan disiapkan dan diselesaikan selama hampir 2 bulan. Selanjutnya desain kedua patung di serahkan kepada bapak Boges Soedjadi dan bapak Soejoso Tjokrodihadjo untuk mendapatkan persetujuan.

Setelah menunggu selama 2 tahun lebih (Tahun 2006). Asfali dan Jatmoko di panggil lagi oleh bapak Boges Soedjadi dan bapak Soejoso Tjokrodiharjo untuk mendapat bantuan anggaran sebesar Rp. 15 juta dan Rp. 65 juta dari keluarga besar paguyuban TRIP Jawa Timur. Selanjutnya dimulailah pembangunan kedua patung pahlawan tentara pelajar TRIP Jawa Timur. Patung dicetak dengan cetakan bahan gipsun dengan cor semen di dirikan sama persis dengan tinggi manusia atau seusia pelajar sekolah antara umur 12 tahun dan 20 tahun. Sebelumnya pada bagian bawah di bangun pedestal atau penopang patung setelah selesai di bangun dan kering, langkah selanjutnya memasang besi rangka cor pada perbagian tubuh kedua patung di atas pedestal atau penopang. Kemudian membuat cetakan badan kedua patung dari bahan gipsun, setelah cetakan perbagian tubuh kedua patung selesai kemudian diteruskan dengan cor semen dari atas atau bagian kepala hingga ke bawah. Selanjutnya kepala diberi cetakan dari gipsun. Semua bagian tubuh kedua patung tertutup cetakan bahan gipsun, pada posisi bagian atas kepala kita tuangkan cor semen. Beberapa hari atau 4 hari kemudian setelah dipastikan kering, perlahan-lahan bagian-bagian tubuh cetakan gipsun dari bawah sampai atas kita lepas dengan pengunci baut besi. Kedua patung yang di topang struktur bangunan bata persegi empat setinggi 1,5 meter dengan lebar 1 meter segi empat dan tinggi kedua patung tentara pahlawan TRIP 1,5 meter, praktis tinggi keseluruhan 3 meter lebih ini menghadap ke arah timur. Struktur bangunan pedestal penopang kedua patung dibuat dengan lapisan batu granit warna coklat muda.

Putra kelahiran Malang, 21 April 1957 ini mengatakan saat pelepasan cetakan gipsun pada tiap-tiap bagian tubuh perlu kehati-hatian dan tidak bisa terburu-buru. Karena memastikan setiap bagian cor semen cetakan gipsun rata dan masuk pada setiap lekukan bagian-bagian tubuh kedua patung dan dipastikan cor semen menutupi semua cetakan yang terbuat dari gipsun. “Selain tangan kanan memegang senjata, dan tangan kiri memenang buku, untuk patung usia SMP sisi kanan agar dimaksud kedua patung benar-benar seperti sosok pejuang pelajar TRIP.”kenangnya.

Kedua patung pahlawan pejuang pelajar TRIP Jawa Timur daerah Malang selesai pada tahun 2006 dan selanjutnya diresmikan Walikota Malang, waktu itu Drs. Peni Suparto, M.AP pada tanggal 31 Juli 2008 dalam sebuah upacara TRIP.,” terang Asfali ini, membuat patung TRIP merupakan kebanggaan sekaligus penghormatan kepada Pahlawan TRIP. Harapannya agar jiwa perjuangan dan semangat berkarya membangun masa depan bisa dilanjutkan oleh generasi yang lebih muda.

Disarikan dari tulisan Tri Iwan Widhianto pada ADA BUKU DI PATUNG PAHLAWAN TRIP KOTA MALANG.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?