Pecinan -Temenggungan – Kayutangan, rute wisata destinasi baru Kota Malang, Catatan Edo Harnowo
Mengunjungi kota Malang saat ini rasanya kurang komplit bila tidak berkunjung ke kawasan Kayutangan. Sebuah destinasi wisata perkotaan yang berada di tengah kota yang menampilkan sisi heritage sebagai tagline pemasarannya. Kayutangan sendiri merupakan bagian dari wilayah Klojen yang membelah kota Malang menjadi sisi timur dan sisi Barat. Terdapat jalan utama yang sejak lampau disebut Kayutangan, kini masyarakat mengenalnya dengan Jalan Basuki Rahmad.
Bila diamati di koridor sisi timur dan barat Kayutangan terlihat berderet usaha kuliner, oleh-oleh hingga perkantoran dan hotel. Berjamurnya usaha kuliner aneka tema tersebut muncul sekitar 5 tahun belakangan ini. Sebelumnya kayutangan dikenal sebagai kawasan perkantoran, tempat kantor Perbankan mendominasi kawasan dan usaha lainnya. Ibaratnya kawasan tersebut hidup sesuai dengan office hour mulai jam 08.00 hingga jam 17.00 wib, dan selebihnya menjadi sepi dan sekedar laluan kendaraan bermotor saja.
Kini kawasan kayutangan menjelma menjadi gadis cantik yang menarik ratusan ribu pengunjung. Baik yang datang dari luar kota Malang hingga datang dari luar negeri. Pendek kata bahwa Kayutangan menjadi kawasan yang memiliki vibes positif, khas kemeriahan kota Malang. Pojok-pojok musik live juga tersedia di koridornya. Belum lagi bila pengunjung masuk dalam kampung kayutangan. Seperti kita masuk dalam lorong waktu era tahun 1950an.
Lalu setelah kayutangan masih ada lagi tempat yang wajib di eksplorasi di kota ini. Sebut saja kawasan Pecinan atau sekitar pasar besar Malang. Berbagai kebutuhan masyarakat dapat mudah dibeli dengan harga ekonomis. Pecinan terkenal sejak awal tahun 1900an sebagai kawasan pemukiman etnis tionghoa dan tempat mereka bertransaksi. Tentunya dengan segala macam persoalan dan perkembangannya. Kawasan Pecinan saat ini juga tetap tumbuh menjadi sentra ekonomi sektor riil. Juga masih menyertakan pengalaman untuk menelusuri kembali wet market atau pasar tradisional. Bagi wisatawan asing berkunjung ke pasar tradisional dapat menjadi suatu pengalaman berharga. Berbagai karakter pelaku pasar dan bermacam macam jenis dagangan akan menjadi etalase yang menarik, belum lahgi riuhnya pasar jadi instrumen yang indah. Potensi ini yang sebenarnya perlu dikemas lebih lanjut, tidak hanya sebagai penghargaan atas kerja keras proses mengalirnya barang ke lokasi pasar namun juga sebagai denyut nadi kehidupan nafas kota.
Pecinan bisa bertahan hingga saat ini karena segmen pasar telah menemukan kebutuhannya secara langsung. Pembeli dengan mudah akan mendatangi lapak penjual, selanjutnya transaksi dengan kesepakatan lalu berlanjut dengan ngobrol ngalor-ngidul. Interaksi ini yang tidak ditemukan bila belanja secara online, yang terkesan kaku dan praktis. Bila menelusuri lorong-lorong pasar besar, akan ditemukan banyak ragam kuliner khas, jajanan tradisional dan pengalaman baru. Belum lagi sepanjang koridor jalan pecinan atau jalan pasar besar, deretan toko dan pedagang aneka barang dagangan berjajar disisi utara dan selatan jalan.
Bagaimana pula dengan ekosistem yang mendukung di kawasan Pecinan sebagai destinasi wisata?. Tentunya kebutuhan akan aksesbilitas, akomodasi dan atraksi menjadi salah satu syarat sebuah destinasi. Berikut kita telah ketahui bahwa pecinan punya banyak daya tarik pendukung seperti keberadaan rumah letnan china 9pemimpin orang tionghoa), vajra (tempat ibadah, semacam klenteng kecil), serta makam kuno di pecinan kecil. Untuk urusan aksesbilitas ke kawasan pecinan sangat mudah dijangkau mulai angkutan kota hingga angkutan online. Pemerintah daerah telah menjadikan kawasan pecinan sebagai daerah persilangan beberapa angkutan kota yang melalui jalan-jalan utama di Kota Malang. Belum lagi sarana akomodasi tersedia dengan mudah mulai hotel non bintang hingga hotel berbintang terdapat disekitar kawasan Pecinan. Belum lagi belasan guesthouse dan penginapan berada disekitar lingkungan pasar besar.
Setelah menelusuri Kayutangan dan Pecinan, lalu kemana kita dapat menikmati kawasan wisata perkotaan. Pilihan praktisnya adalah menelusuri kawasan Temenggungan yang dikenal dengan the hidden heritage. Sebagai kawasan yang berada disebelah utara Pasar besar yang berjarak hanya sekitar 500 meter dan 300 meter sebelah timur kawasan Kayutangan, daerah temenggungan menjadi daerah yang strategis. Berdekatan dengan kawasan wisata buatan kampung Warna warni, kampung Tridi dan kampung Biru menjadikan kampung Temenggungan sebagai daerah sentra layanan.
Kawasan Temenggungan punya banyak pesona, mulai dari pesonan bangunan dan kampung yang masih terlihat heritagenya, kuliner yang luar biasa nikmat serta vibes kawasan yang cenderung lebih tenang untuk dinikmati. Deretan kuliner mulai dari nasi goreng hitam, Cafe pizza italiana, nasi goreng pak iwan, lalapan, warung arema, hingga cafe mulai dari cafe lonceng, cafe story hingga cafe teh. Belum lagi bangunan heritage yang masih terpelihara dengan baik, mulai ex bangunan ANIEM, lodjie Freemason, rumah-rumah berangka tahun 1913, Societeit Insulinde yang dibangun sejak 1870 dan bangunan ex sekolah china. Bila kita susuri kampungnya maka akan juga dijumpai sejumlah makam kuna mbah Temenggung, rumah kuna serta pasar tengah kampung.
Setelah mengetahui rute wisata ini, tentu kita tak sulit menemukan kesenangan baru. Bila dimulai dari Kayutangan lalu bercerita tentang Pecinan dan diakhiri dengan sederetan kampung wisata dan kampung Temenggungan yang masih perlu disusuri dengan hati. Selamat menyusuri peradaban Kota malang dimasa lalu yang masih dapat dinikmati hingga saat ini. Salam Pariwisata. (edo)