Menjadikan Kampung Temenggungan, The New Hidden Heritage Kota Malang tahun 2025
Kampung Temenggungan yang terletak di kelurahan Suhokarjo Klojen Malang menyimpan potensi yang terpendam. Layak pula disebut the hidden heritage, karena kampung ini masih melestarikan bangunan kuno dan adat kebiasaan masyarakatnya. Seperti diketahui bahwa sejak tahun 1776 daerah Malang telah jatuh ke tangan VOC dimana selanjutnya telah ditempatkan seorang Temenggung untuk menjaga kepentingan kolonial. Konon dia bernama Raden Temenggung Kertonegoro yang berasal dari trah Keluarga Bupati Bangil Pasuruan. Kehadirannya dan penamaan daerah tempat dia tinggal dikenal hingga saat ini sebagai kampung Temenggungan. Meski ada versi lain yang menyebutkan bahwa ada seorang temenggung yang dimakamkan di dalam kampung Temenggungan.
Sebagai kawasan yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Malang, kampung Temenggungan menyimpan potensi yang luar biasa apabila digarap dengan serius dan kolaboratif. Diawal tahun 2024 ini telah dilakukan pula pendataan warisan budaya benda dan tak benda yang dilakukan oleh akademisi Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang. Hal ini berarti akademisi UB sudah melihat potensi yang terpendam di kampung temenggungan ini. Selanjutnya akan ditindaklanjuti pada tahun 2025 untuk hal yang lebih eksploratif lagi. “Kemungkinan semester depan ada sekitar 150 mahasiswa akan diterjunkan ke seluruh wilayah kelurahan Sukoharjo,” ujar I Wayan Suyadnya dosen Antropologi bersemangat.
Sementara itu Agung H. Buana bersama berbagai komunitasnya terus melakukan berbagai aktivitas seni budaya. Mulai dari memperkenalkan kemungkinan Culture Event di kampung Temenggungan agar tahun depan dapat viral menarik perhatian. “Potensi kampung Temenggungan tak kalah dengan kawasan Kayutangan, malah lebih integratif dengan keberadaan kampung wisata Warna-warni, kampung Tridi dan Kampung Biru,” ujar pria yang juga ASN Pemkot Malang ini.
Sebagai seorang pengamat dan penikmat urusan Pariwisata dan kebudayaan, Agung H. Buana merasa perlu untuk terus mendorong masyarakat khususnya yang tinggal di Temenggungan agar menampilkan potensinya. “Temenggungan sebagai daerah yang strategis dan berada di sekitar destinasi wisata kampung tematik, layak di eksplorasi karena mempunyai potensi untuk berkembang,” ujar pria yang founder Mason Art Gallery.
Disisi lain komunitas History Fun Walk Malang telah berhasil memasuki bangunan Aris Munandar nomer 70 yaitu bekas bangunan Societeit Insulinde untuk kedua kalinya di tahun 2024 ini. Tak lama berselang ada pula eksplorasi dari komunitas lain seperti Indonesia Colonial Heritage dan komunitas arsitektur muda turut mengabadikan potensi bangunan di Temenggungan. Belum lagi Komunitas Budaya Malangan, Riwa Riwi Oyi untuk pertama kalinya pada 1 Desember 2024 telah memasukkan tujuan ke kampung Temenggungan dalam destinasi wisata Kota Malang.
Salah seorang warga kampung Temenggungan, Antoni yang tinggal di bangunan jalan Aris Munandar nomor 62 atau Amun 62 ini menyatakan bahwa kampung Temenggungan ini perlu dikenalkan sebagai kawasan wisata. “Kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Malang perlu juga untuk menikmati Temenggungan,” ujar pria berkaca mata ini. Pihaknya mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah khususnya yang berwenang terhadap peningkatan kunjungan wisata. “Bisa jadi destinasi wisata baru dengan tagline the heritage temenggungan,” tegasnya. Apalagi sepanjang jalan Aris Munandar sebelah timur yakni kampung temenggungan masih menyimpan serpihan sejarah, sebagai bagian dari kawasan kota tua Malang.
Keindahan kampung ini juga menarik perhatian pengamat dan penikmat heritage. Belakangan ini penulis Olivier Johannes Raap di laman Facebooknya menyatakan akan mengunjungi bangunan dan potensi heritage kampung Temenggungan tahun depan. Hal itu diketahui setelah secara tidak sengaja Oliver memberikan komentar chat di social media.
Beberapa tinggalan masa lalu mulai masa klasik, kolonial hingga masa kemerdekaan serta masa kini yang masih terpelihara di kampung Temenggungan sebagai berikut:
Ditemukannya struktur atau konstruksi yang mencurigakan pada tahun Oktober 2022 dan terpendam dalam tanah sekitar 1-1,5 meter dari permukaan tanah. Diduga semacam tembok pembatas tunggal yang membentang sepanjang jalan Aris Munandar timur lebih tepatnya disisi selatan jalan. Sebagian orang berpendapat bahwa struktur ini bagian dari penahan sisi sungai Brantas, dan ada pula yang mengkaitkan dengan struktur Benteng pertahanan masa klasik. Temuan ini didapatkan ketika proses pembangunan drainase di jalan Aris Munandar. Struktur yang terpendam ini sempat dihantam excavator namun tidak mempan. Sehingga pada akhirnya dibiarkan saja dan dianggap cuma sisa / bekas drainase lama saja.

Sehingga dipandang tidak penting atau tidak ada artinya. Saat ini struktur tersebut masih terpendam di dalam tanah dan berdempetan dengan dinding U-ditch drainase baru. Sehingga sewaktu-waktu bisa dibongkar untuk diperiksa untuk dikaji lebih lanjut bila diperlukan. Menurut Soenarsoen (ketua BKM Kelurahan Sukoharjo sekaligus tokoh masyarakat temenggungan bahwa tembok dalam tanah itu membentang dari timur ke barat. Yaitu dari depan toko Ban Bianto di timur jalan Aris munandar sampai ke belakang Toserba Ramayana di bagian barat. “Seyogyanya keberadaan tembok pembatas tunggal dalam tanah di sepanjang pinggir jalan Aris Munandar ini masih terus diteliti untuk dikaji,” ujar pria murah senyum ini.

Bangunan Amun 42 atau jalan aris munandar no. 42 ini termasuk rumah tua antik, dimana pemiliknya adalah perantau asal kudus. Hal ini juga yang salah satunya terkait dengan nama Kudusan disebelah selatan kampung Temenggungan.
Bangunan Amun 44 saat ini adalah rumah tua yang bila ditelusuri pernah ada foto tua pengantin perwira militer belanda beserta keluarga mempelai berkumpul di teras rumah. Photo ini juga menjadi penanda bahwa kawasan Temenggungan merupakan kawasan perumahan.
Bangunan Amun 50 sebuah bangunan baru, yang sekarang adalah tempat produksi mie gloria yang terkenal di Malang. Pernah pula menjadipabrik permen semar di tahun 1980an.
Gedung bekas pusat perkumpulan Vrijmetselaar atau Freemasonry di jalan Aris Munandar 52 ini merupakan bangunan yang relatif masih utuh berdiri, meski bangunan tersebut telah berfungsi sejak 11 April 1914. Sebagai bekas freemasonry lodge 1914, masyarakat kenal sebagai kamar setan. Gedung bercorak new indies art deco ini termasuk termegah pada zamannya, mempunyai perpustakaan umum terlengkap se – Hindia Belanda. Pada tahun 1935 bangunan ini berpindah kepemilikan dan berfungsi menjadi kantor politik lokal beraliran fasis sosialis bentukan Belanda. Adalah NSB (Nationaal-Socialistische Beweging). Sebuah partai yang berideologi Fasis (Nazisme) beraliran Ultra Nasionalisme. Saat itu memang paham sosialisme menjadi salah satu aliran yang cukup menonjol di Eropa.
Pada masa pendudukan Jepang, fungsi gedung ini tidak banyak diketahui. Masyarakat sekitar mengenal bangunan ini sebagai bekas pabrik permen. Yaitu permen merek Winston, Semar dan Brisse yang pernah berproduksi pada era 1980an oleh PT. Ismaya. Selanjutnya pernah dipakai untuk Salon kecantikan meski sebentar saja. Sempat menjadi Wihara keperluan ibadah keluarga pemilik bangunan. Saat ini terdapat aktifitas Cafe teh dan gallery Seni di bagunan heritage tersebut.

Bangunan rumah jalan Aris Munandar nomor 54 atau Amun 54 pada awalnya adalah rumah tinggal dan menjadi kantor kelurahan Sukoharjo sejak 2003. Bangunan ini juga terlihat jelas dari foto udara tahun 1947. Rumah tua yang dibeli dari penduduk ini kemudian dibangun menjadi kantor pelayanan kelurahan bertingkat dua dan menjadi aset pemerintah kota malang.
Bangunan Amun 56 dan bangunan Amun 58 diduga adalah bangunan kompleks perumahan dinas pimpinan ANIEM yang berada didepannya. Dibangun untuk memberikan kemudahan pengawasan pada rumah generator yang dibangun tahun 1925. Pada bangunan ini terdapat marking pembangunan rumah pada tahun 1934.
Terdapat pula bangunan rumah tua di area kampung Biru Arema yakni Amun 49, Amun 51, Amun 53, Amun 55 dan Amun 57. Deretan rumah tua di sisi utara jalan Klodjen Kidoel ini menarik karena ada aliran sungai Brantas di belakang rumah-ruamh tersebut.
Bangunan Amun 59 yaitu bangunan rumah tua yang cantik dan berada di jalan Aris Munandar nomor 59 ini memiliki marking 1913 di fasad bangunan yaitu bagian atas dibawah atap rumah. Hal ini menandakan bahwa rumah tersebut telah ada atau dibangun sejak 1913, lebih tua dari Gemeente Malang yang baru berdiri 1 April 1914.
Bangunan Amun 60 dan Amun 62 ini adalah bangunan tercantik pada ornament di fasade bangunan rumah. Sebagai bangunan tua, ternyata pernah menjadi gedung sekolah masyarakat cina yakni HCS (Holland Chinese School). Arsitektur bangunan ini bergaya chalet / pedesaan eropa menurut keterangan Olivier Johannes Raap seorang penulis yang berminat tentang sejarah. Saat ini bangunan terbelah menjadi dua kepemilikan dalam satu atap yang sama. Sebagian dipergunakan untuk Cafe Lonceng milik Sata Adinegara dan bagian lainnya menjadi resto Italia Resto Dolce Signora milik dari Pino Coglitore.

Bangunan Amun 64 saat ini merupakan Gereja Pantekosta di Indonesia GPdI Maranatha. Merupakan bangunan baru yang dipugar sekitar tahun 1990an yang sebelumnya pada foto tua udara tahun 1947, bangunan gereja terlihat megah dengan pimpinan sebelumnya yakni pendeta Horstman berkebangsaan Belanda. Keberadaan bangunan gereja ini tercatat sejak 1945 dengan pimpinan Bpk. Pdt. R.M. Soeprapto dan dilanjutkan oleh Ibu K. Soeprapto pada tahun 1969 hingga 1993.
Bangunan Amun 77 adalah Bekas kantoor ANIEM Algemeen Nederlandsch-Indische Electriciteit-Maatschappij (jaringan perusahaan listrik terbesar di Hindia Belanda) yang terletak di jalan Klodjen Kidoel sekarang Aris Munandar. Perusahaan listrik ini pernah menjadikan gedung ini sebagai kantor pertama di Malang. Awalnya disebut dengan “Malangsche Electriciteit-Maatschappij” pada tahun 1890 dengan tujuan untuk menyediakan listrik untuk keperluan industri dan rumah tangga. Selanjutnya dilakukan pembangunan pembangkit listrik pertama di Malang pada1903. Sesuai perkembangan jumlah penduduk dan kebutuhan kapasitas listrik yang ada maka tahun 1925 dibangun pembangkit listrik (generator) yang kedua. Sehingga fungsi perkantoran administrasi pindah ke kantor lain dan akhirnya menempati kantor ex nV. Handlesvennootschap yang dulunya bernama Maintz & Co. Saat ini gedung kantor ANIEM ini menjadi Gudang Aris Munandar. Setelah kemerdekaan Indonesia, perusahaan listrik Belanda dinasionalisasi dan dilakukan pembentukan Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada 27 Oktober 1945. Selanjutnya dikerjakan pola Integrasi perusahaan listrik regional menjadi PLN pada sekitar tahun1950-an.
Bangunan Amun70 ini adalah ex Societeit Insulinde yang telah ada sejak1870an. Namun pada bangunan ini terdapat penanda tahun di fasad bangunan ini yakni 1901 berdasarkan photo dan peta Belanda. Meski kondisi bangunan ini 95% masih orisinal, ditandai dengan pilar dan ornament besi yang menyangga atap namun keberadaan tembok yang menutup diantara pilar menjadikan bangunan tidak terlihat megah.

Di seberangnya bangunan Ex Societeit Insulinde terdapat tugu penanda titik nol yang memberikan infomasi jarak ke Surabaya dan Purwosari. Ada beberapa versi terkait keberadaan tugu penanda tersebut. Pertama adalah penanda jalan pos (post weg) yang dibuat untuk mengukur jarak, selain itu titik nol ini juga sebagai penanda keberadaan Malang era klasik. Terbaru ada pula versi bina marga yang membuat jalan tembus mulai dari SMP 5 menuju ke arah Arjosari. Dekat titik nol itu juga terdapat Jembatan Brantas yang dikenal dengan Bug Gluduk yang dibangun tahun 1890. Pada tahun 1960an jembatan ini dikenal dengan nama Jembatan Merdeka.
Pada Era 1950 – 1970an perempatan jalan Aris Munandar (klodjen Kidoel) dengan Jodipan (Temenggungan Ledok) disebut dengan Prapatan Grendel (nama rokok kretek yang terkenal) karena tepat diperempatan tersebut terdapat kantor rokok grendel.
Kampung tua temenggungan masih banyak ditemui dalam Gang 7 ataupun Gang 5 jalan Aris Munandar atau klodjen Kidoel. Peninggalan yang masih rata-rata berupa rumah tua bersih, asri, aman, nyaman dan terawat baik. Bila kita memasuki gang ini serasa memasuki lorong waktu di era tempo doeloe. Terdapat pula rumah kenangan H. Mismail pemilik Waroeng Ma’ Hadji 1919 (WMH) yakni legenda kuliner Temenggungan.
Didalam kampung Temenggungan di gang 5 terdapat makam keramat mbah temenggung (makom mbah gong). Makam ini terletak di sebelah selatan gedung freemasonry Amun 52. Konon kabarnya apabila ada burung yang terbang tepat diatas makam, akan jatuh dengan sendirinya. Beberapa warga kampung masih meyakini karomah dan mistisnya makam tersebut. Hingga kini masih belum jelas siapakah yang dimakamkan ini. Banyak beranggapan adalah makam bupati pertama Malang, namun seperti diketahui bahwa komplek makam Bupati Malang I-III berada di kawasan pesarean Ki Ageng Gribig. Besar kemungkinan yang dimakamkan adalah Temenggung Malang pertama sebelum menjadi Kabupaten. Namun sayangnya nisan dan makamnya telah diganti dengan model makam tahun 1970an.
Berbagai kisah menarik terus digali di kawasan heritage yang terlupakan ini. Maka peran semua pihak untuk terus menumbuhkan kecintaan pada sejarah lokal termasuk sejarah kampung temenggungan.