Daily lifeurban malang

Teh sebagai jembatan kepentingan dan kebijakan, catatan Munir Kahar di penutupan Pameran Her Story about Tea.

Tak terasa telah empat belas hari karya-karya komunitas Empu Gampingan ditampilkan oleh Gemah Ripah di Mason Art Gallery. Berbagai apresiasi dan masukan dari para penikmat seni rupa telah disampaikan. Sejak 7 Desember 2024 hingga sabtu lalu 21 Desember 2024 karya para perempuan ini telah menambah khasana seni rupa di kota Malang. Mereka adalah alumni ISI Yogyakarta berbagai angkatan mulai 1990-1997 yang masih berkreasi.

Pada sesi diskusi seni yang dilakukan pada akhir pekan lalu terdapat beberapa catatan yang telah dibuat oleh seniman lukis senior dari Malang yang saat ini tinggal di Amerika Serikat. Munir Kahar mengapresiasi pameran yang bertajuk Her Story about tea tersebut. Berikut catatan Munir Kahar yang dikirimkan melalui salah seorang anggota Empu gampingan, Agni T Pratiwi.

Kucapkan terima kasih kepada teman-teman Empu Gampingan dan Pak Agung H. Buana dari Mason Art Gallery yang telah mempercayakan kepada Gemah Ripah untuk mengorganisir Pameran dengan Tema Teh ini.

Buat saya tema yang diketengahkan itu, bukan saja sangat menarik namun sungguh tepat. Mengingat betapa Teh dalam dunia diplomasi politik bukan saja merupakan sajian yang utama. Namun Teh menjadi JEMBATAN atas kebijakan kebijakan yang diputuskan oleh para delegasi yang hadir. Tentu saja keputusan keputusan dalam Meeting Tea Party itu, akan mempengaruhi hidup dan kehidupan banyak orang di negaranya masing – masing.

Kenapa TEH bukan COFFEE Party dalam pertemuan diplomasi itu ?

Apakah karena Teh dirasa lebih etik daripada Kopi ?
Apakah karena Tradisi minum Teh itu yang telah membudaya berabad abad di berbagai negara dan kultur berbagai bangsa itu, yang awalnya dinikmati oleh para bangsawan serta para cendekiawan. Padahal ribuan tahun lalu, Teh pada awalnya adalah diminum sebagai obat – obatan sejak Dinasti Shang (1600-1046 SM). Baru pada Era Dinasti Han (206 SM-220 M), teh mulai diminum sebagai minuman. Pada abad ke-3 M, teh menjadi minuman yang populer di Cina. Dan dari arus perdagangan Teh merambah dunia.

Tradisi minum teh telah ada sejak zaman kuno, bahkan sebelum tradisi minum kopi. Menurut sejarah, teh telah dikonsumsi selama lebih dari 4.000 tahun, dengan asal-usulnya yang dapat dilacak hingga ke Dinasti Shang di Cina [tidak ada sumber]. Sementara itu, tradisi minum kopi telah ada sejak sekitar abad ke-15, ketika biji kopi pertama kali ditemukan di Afrika. Pada awalnya, kopi dikonsumsi oleh bangsa Ethiopia, dan kemudian menyebar ke Timur Tengah dan Eropa.

Kopi mulai digemari secara mendunia pada abad ke-17, ketika kopi mulai dibudidayakan di koloni-koloni Eropa di Asia dan Amerika. Pada abad ke-18, kopi telah menjadi minuman yang populer di Eropa dan Amerika, dan pada abad ke-19, kopi telah menjadi salah satu komoditas yang paling penting di dunia ยน. Jadi, tradisi minum teh telah ada lebih dulu daripada tradisi minum kopi, dan kopi mulai digemari secara mendunia pada abad ke-17.

Sayang sekali saya tidak bisa hadir, untuk menikmati sajian karya teman – teman Empu Gampingan. Semoga Pameran Empu dengan tema Teh ini dapat berkelanjutan pada seri ke-2. Dengan gagasan gagasan yang lebih dalam dan menukik pada persoalan yang lebih varian selain mengetengahkan Teh sebagai minuman dalam kehidupan sehari hari.

Sekali lagi saya pribadi juga mewakili Gemah Ripah mengucapkan terima kasih kepada teman-tenan Empu Gampingan atas kepercayaan yang diberikan kepada Gemah Ripah. Juga khususnya kepada Bapak Agung H. Buana dari Mason Galeri yang berkenan ketempatan penyelenggaraan Pameran HER STORY ABOUT TEA ini.

Semoga kerja bareng ini dapat berkelanjutan dengan baik dimasa depan. Maturnuwun, RAHAYU,

Munir Kahar
GEMAH RIPAH = LINTAS ZAMAN ~ ARUS BUDAYA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
๐Ÿ‘‹ Hi, how can I help?