Daily lifeurban malang

Sugeng Tindak Bes Kin, catatan Sam Wahyu Eko Setiawan

SUGENG TINDAK BES KIN

Namanya Sadikin Pard. Saya sangat akrab memanggilnya Bes Kin. Atau Ebes Sadikin. Sudah 20 tahun lebih saya mengenal Beliau. Sejak awal perkenalan sampai sekarang, saya mengenang Beliau sebagai sosok yang sangat luar biasa inspiratif, dan selalu mampu membakar semangat konsisten dalam berkarya. Sebagai seorang pelukis dengan menggunakan mulut dan kaki, karya-karyanya selalu luar biasa istimewa. Beliau adalah anggota AMFPA (Association of Mouth and Foot Painting Artists). Perkumpulan para pelukis yang tidak punya tangan, tapi mampu melukis dengan mulut dan kaki. Bes Kin adalah salah satu anggota AMFPA yang karya-karyanya menjulang tinggi diakui pada level internasional.

Pagi ini, ketika hendak mandi, saya terhenyak seketika membaca kabar Bes Kin telah pergi untuk selamanya. Beliau meninggal dunia ketika mengikuti Perayaan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2024, di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Kementerian Sosial RI. Setiap tahunnya, Bes Kin pasti ikut berpartisipasi merayakan Hari Disabilitas Internasional (HDI) di manapun berada. Beliau selalu menjadi suluh atau penerang Jiwa, Hati dan Pikiran, bagi penyandang disabilitas ketika merayakan Hari Disabilitas Internasional (HDI) di manapun berada. Silahkan bertanya kepada seluruh organisasi penyandang disabilitas di Indonesia, pasti mereke mengenal dengan baik nama Sadikin Pard. Ibarat Api Unggun, nyala dan bara api inspirasi yang disebarkan oleh Bes Kin (Sadikin Pard) sudah menyentuh dan menerangi saudara-saudara penyandang disabilitas di seluruh Indonesia. Inspirasinya sudah menjadi catatan sejarah tersendiri bagi siapapun yang pernah mendengar, melihat dan bercengkrama bersama Sadikin Pard.

Kisaran tahun 2007 – 2013, saya dan Bes Kin bekerjasama mengadakan beberapa pameran lukisan di beberapa hotel di Malang dan Surabaya. Semacam roadshow pameran lukisan. Yang juga diikuti oleh beberapa Seniman Pelukis di Malang Raya. Dinamikanya sangat luar biasa. Pasang surut dan naik turun. Tapi Bes Kin selalu memberikan motivasi untuk selalu sabar, berpikir baik, semangat, dan tetap fokus bekerja. Urusan hasilnya, Opo Jare Gusti Pangeran, begitu ucap Bes Kin selalu kepada saya. “Sing penting kene wis bekerja, berkarya dan berjuang Sam WES. Perkoro hasilnya, opo jare Gusti Pangeran.” Begitu pesan yang selalu Beliau sampaikan kepada saya.

Terakhir pertemuan saya dengan Bes Kin adalah ketika bersama dalam Event Tong Tong Market, yang diselenggarakan oleh Hotel Shalimar Kota Malang, pada bulan Juli 2024 ini. Bes Kin memamerkan karya-karya lukisannya, saya memamerkan Pusaka Tosan Aji Nusantara. Sudah menjadi kebiasaan, kalau kita bertemu pasti berpelukan. Saya selalu senang ketika berjumpa dengan Bes Kin. Begitu juga Beliau, selalu ceria ketemu bertemu saya.

Ketika pertemuan di Tong Tong Market Hotel Shalimar Kota Malang tersebut, Beliau sempat melontarkan keinginannya untuk bisa kembali mengadakan roadshow pameran lukisan lagi. Namun saya menanggapinya dengan nada bercanda, bahwa buat apa roadshow pameran lukisan lagi, toh uangnya sudah banyak. Sudah kaya. Jangan terlalu kaya, gak enak sama pelukis yang lainnya. Bes Kin meledak gelak tawanya. Kembali saya dipeluknya. Beliau tertawa sampai matanya berkaca-kaca. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Begitulah kedekatan saya dengan Bes Kin (Sadikin Pard). Seperti anak dan bapak (Ebes), kadang seperti sahabat yang sama-sama bandel dan saling ngeyelan. Namun, bagi saya secara pribadi, Beliau adalah Sosok Guru Kehidupan.

Mengenang sosok Sadikin Pard (Bes Kin), adalah merayakan Api Tak Kunjung Padam. Kehadirannya selalu memantik dan mengobarkan api semangat hidup dalam diiri siapapun, di manapun Beliau berada. Ketika melihat sosoknya, yang bertubuh kecil dan tak punya tangan, orang-orang bukan merasakan kasihan kepada dirinya. Justru yang dirasakan adalah ketakjuban dan rasa hormat yang setinggi-tingginya. Karena memang begitulah yang terpancar dalam diri Sadikin Pard. Beliau tidak mau dikasihani. Beliau menanamkan benih-benih inspirasi, rasa hormat, mencintai sesama manusia, dan mengapresiasi siapapun, dengan karya-karyanya. Bukan karena keterbatasan fisiknya. Setiap goresan dalam seluruh karya-karyanya, selalu memancarkan semangat juang, kobaran inspirasi, lekukan-lekukan tak terpatahkan, garis-garis pantang menyerah serta aneka ragam bentuk yang mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk menyebarkan welas asih dan kasih sayang kepada seluruh mahkluk di alam semesta.

Bagi generasi setelahnya, atau anak-anak yang menyandang difabel, Sadikin Pard adalah Superhero. Inspirasi keteladanan dan kepahlawanan, meskipun dengan keterbatasan yang ada pada dirinya. Sugeng tindak menuju alam keabadian dan kelanggengan Ebes Sadikin Pard. Sebagai seorang manusia biasa yang menjadi muridmu dalam belajar kehidupan, tentu saya belum bisa rela melepaskan kepergianmu untuk selamanya. Namun, sebagai umat manusia yang menyadari bahwa setiap yang bernyawa pasti meninggalkan dunia, karena nyawa hanyalah milik Tuhan Yang Maha Kuasa, tentu aku harus mengikhlaskan kepergianmu dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa. Damai Bes Kin. Orang baik. Istimewa. Hidup mulia. Kini, berbahagialah dalam keabadian dan kelanggengan. Rayakanlah kemenangan mutlakmu! Semoga, tempat terbaik untukmu bersama Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sam WES- Murid Kehidupan Galeri Sadikin Pard

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?