Resep Menulis Dengan Hati ala Dukut Imam Widodo
“Menulis adalah pekerjaan yang serius namun dikerjakan dengan hati,” ujar Dukut Imam Widodo, semalam (18/09/2004) di sebuah ruang diskusi berbasis digital yakni Zoom. Dalam diskusi tersebut Dukut Imam Widodo menyampaikan hal-hal penting berkenaan dengan dunia literasi khususnya kemampuan menulis. Diskusi daring ini diselenggarakan oleh Gerakan Balaikota Menulis yang diikuti oleh penulis-penulis ASN pada buku Balaikota Menulis edisi 110 tahun Kota Malang. Tak hanya itu diskusi ini juga diikuti banyak sahabat Pak Dukut, tercatat dari Surabaya, Bogor, Bandung dan tentu Malang itu sendiri.
Diskusi literasi ini berlangsung kurang lebih dilaksanakan selama 2 jam dengan santai dan inspiratif. Sedangkan tujuan diselenggarakannya acara diskusi ini adalah untuk menyemangati para penulis Balaikota Menulis yang sedang siapkan edisi ke 2 tahun 2025. Buku Balaikota Menulis adalah sebuah antologi yang disusun dari beberapa tulisan ASN dilingkungan Pemkot Malang. Edisi ke 2 akan diluncurkan pada upacara peringatan hari jadi kota Malang ke 111 pada 1 April 2025.
Dukut Imam Widodo sendiri adalah penulis yang produktif diusia yang tidak muda lagi. Selama lebih dari 40 tahun berkarya telah menghasilkan 12 penghargaan. Berbagai lembaga memberikan apresiasinya pada penghargaan sastra dari kedubes Belanda, Gubernur Jawa Timur hingga majalah Femina dan Kartini. Bagi dia menulis adalah pekerjaan, bukan sekedar hobby. Sehingga perlu perencanaan dan manajemen waktu yang disiplin. Sebagai orang yang berlatar belakang manajemen serta berpengalaman bekerja di perusahaan asing, kesempatan dapat menulis memerlukan tahapan. Seperti Planning, organizing, activating dan controlling juga dia lakukan.
Terlebih lagi bahwa karya tulis adalah menyusun sebuah karya keabadian. Tulisan tersebut akan lebih lama bertahan dibandingkan masa hidup penulisnya. Beberapa buku karya fenomenal yang akan dikenang seperti Malang Tempo Doeloe, Hikayat Soerabaia Tempo Doeloe, Grisse Tempo Doeloe dan lainnya. Juga ada beberapa cerpen dan cerbung yang dimuat oleh koran harian. Oleh karenanya dalam menulis perlu diperhatikan beberapa hal. Tidak hanya teknis penulisan namun juga bagaimana mendorong untuk tetap menulis dengan konsisten.
Saat diskusi bersama Gerakan Balaikota Menulis, Dukut lelaki kelahiran Malang ini memberikan langkah-langkah praktis untuk menulis dengan hati. Pertama, diawali dengan bersyukur kepada Allah Tuhan semesta alam, karena diberikan kemudahan mencari ide yang original. Selanjutnya tulis ide tersebut di notes sementara, seringkali ide-ide lain bermunculan saat dituliskan dalam catatan ringan. Tentunya diimbangi dengan perbanyak membaca untuk dapatkan ide terbaik yang siap untuk ditulis.
Kedua, berdoa lagi, ya mesti berdoa lagi atas anugerah atas waktu dan kesempatan serta dapat menyampaikan karya tulis tersebut. Bila perlu sempatkan mendengarkan musik klasik, kondisikan untuk manjakan waktu dan perasaan agar tetap fokus. Hirup napas dalam-dalam untuk memudahkan konsentrasi.
Ketiga, sebelumnya tentu penulis membikin draft tulisan. Bisa bersumber dari pengalaman batin, diskusi dengan rekan, ataupun menjawab pertanyaan dari sebuah kondisi yang belum jelas. Ketika mulai menulis tentu kita tidak sedang menulis naskah akademis yang baku. Sehingga bisa ditambahkan kata-kata slank, kalo ndik malang ya pakai osob kiwalan, Oyi Jes. Serta saat mulai tulisan mengalir deras, tetaplah dalam kondisi sabar dan santai. Disini suasana hati berperan utama. Bila sedang bersedih, tentu saat itu pula tentu agak sulit menuangkan ide. Sehingga perlu suasana hati yang nyaman dan tenang dalam memulai pekerjaan menulis.
Keempat, terus menulis dan teruslah menulis. Menulis dalam catatan kecil tentu akan menjadi tulisan besar setelah diberikan referensi pendukung seperti photo, ilustrasi dan sebagainya. Bila sudah selesai dituliskan, jangan langsung dikoreksi. Berilah waktu untuk mengendapkan pikiran dan perasaan sehingga bila mau dimulai lagi tentu akan lebih fresh.
Kelima, banggalah dengan tulisan yang berhasil ditulis. Karena tulisan yang baik adalah tulisan yang selesai ditulis. Dan segera cari sponsor untuk dapat diterbitkan tulisan yang sudah selesai tadi. Sekarang banyak media online yang bersedia menerbitkan tulisan dari penulis freelance.
Terakhir pada diskusi tersebut Dukut mengingatkan kembali untuk tetap menulis apapun yang terjadi. “Jangan pernah menyerah untuk menulis, jangan..jangan…” tegas Dukut. (aboe)