Seru dan hangat, Bedah Buku “Tak Kenal Maka Taaruf” karya MIM Yudiarto
Hujan deras sejak siang Sabtu 3 Februari 2023 yang membasahi kota Malang dan sekitarnya, ternyata tidak mengurangi antusias Bedah Buku di Malang Creative Center. Buku yang dibedah adalah karya MIM Yudiarto berjudul “Tak Kenal Maka Taaruf”. Sebuah buku bergenre romantik dibumbui cerita lucu yang ringan. Hadir sebagai pembedah adalah Lilik FA dan Desol, mereka adalah para penulis kota Malang yang aktif di kompasiana. Bertindak sebagai pemandu acara sekaligus moderator adalah Ikrom Zain. Sejumlah peserta bedah buku turut hadir menikmati penyampaian cerita proses terbitnya buku oleh MIM Yudiarto. Ada pelajar SMP, ibu rumah tangga, pengrajin, guru hingga penikmat literasi lainnya ikut dalam acara sore itu.
MIM Yudiarto adalah seorang penulis yang produktif kelahiran Banyuwangi. Telah banyak karya yang dia terbitkan disela-sela kesibukan pekerjaannya di sebuah perusahaan asing yang bergerak dibidang perkebunan sawit. Kurang lebih ada 57 karya tulisan yang dia hasilkan terdiri dari 17 buku berupa novel, 5 buku kumpulan cerpen, 27 buku puisi dan 2 buku teks tentang sawit. Dia sendiri tak punya latarbelakang sebagai penulis namun secara konsisten dia punya prinsip bahwa setiap hari dia harus mampu membuat karya tulisan. Prinsip inilah yang membuat dia produktif untuk menulis.
Buku Tak kenal maka Taaruf ini adalah karyanya yang ditulis tercepat sepanjang karir menulisnya. Semua berawal dari obrolan riang bersama sahabatnya yang seorang sutradara film yakni Fajar Bustomi. Sang sutradara memberikan tantangan padanya untuk membuat tulisan berupa novel yang punya rasa romantis namun diselingi humor yang segar.
Fajar Bustomi juga merupakan sutradara dari film Dylan dan Buya Hamka yang laris dipasaran. Tak itu saja namun tulisan yang diminta itu mampu diadaptasikan menjadi film yang mempunyai value dan edukatif bagi penontonnya. Tantangan ini dijawab oleh MIM Yudiarto dalam waktu 8 hari selesailah karya yang berjudul Tak Kenal maka Taaruf. Hal ini tentu menjadi pengalaman dia menulis novel dengan rekor tercepat untuk buku setebal 200 halaman ini.
Setting cerita novel Tak Kenl maka taaruf ini menceritakan kehidupan romatika seorang mhasiswa di Bogor. Kota ini juga merupakan kota dimana MIM menempuh pendidikan akademisnya sebagai forester di Institut Pertanian Bogor. Daerah lain yang menjadi gambaran pada novel ini adalah Bekasi, Jogya, Jombang, dan Pelabuhan Ratu.
Buku ini telah diluncurkan pada November tahun 2023 di Bogor. Sambutan pembaca atas buku ini sangat meriah, antusias pembaca ini dilanjutkan melalui roadshow ke kota Serang, Jakarta, Bandung, Jogya dan Malang. Lokasi roadshow ini disesuaikan dengan segmentasi pembaca yang sama dengan karakter pada buku Tak Kenal maka Taaruf yakni pelajar dan mahasiswa.
Dalam tanya jawab di bedah buku ini, MIM Yudiarto memberikan motivasi kepada yang hadir pada acara tersebut yang rata-rata mempunyai antusias dalam menulis. “Tulisan yang bagus itu adalah tulisan yang selesai ditulis”, pungkasnya ketika menjawab pertanyaan dari siswi SMP yang hadir. Selain itu MIM Yudirto juga mengingatkan agar kita tidak hidup diujung lidah orang lain ketika mendengarkan komentar orang lain atas karya kita. “Tetaplah terus berkarya, menulis selagi bisa menulis,” ujarnya yang memberikan contoh bahwa ada karya tulisnya yang baru selesai setelah 2 tahun lamannya.
Selain menulis novel romantis, MIM juga menulis buku sci fiction seperti buku Serum yang terbit dalam 2 sequel yaitu the pandemic dan the recovery. Buku ini dia tulis saat terjadinya covid-19 dimana banyak aktifitas dilakukan di rumah. Kondisi mencekam dan banyaknya kabar duka mendorong dirinya untuk tetap berkarya. Kesempatan ini dia pergunakan untuk menulis buku ini yang sekarang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dan diminati oleh publiser dan produsen film mancanegara.
Tak terasa waktu pun menjelang senja, memang hujan tetap menguyur MCC namun kehangatan diskusi bedah buku di lantai 3 bersama MIM Yudiarto menjadikan suasana menjadi seru dan lebih bermakna (Aboe)