Arca Tatasawara, World Musik dari Malang siap Go Internasional
Sebagai kota yang dipandang sebagai barometer musik, Kota Malang punya banyak talent di sektor musik. Perjalanan panjang ini nampak juga pada geliat pelaku musiknya. Dari sekian banyak group musik yang bermunculan, kini tampil lagi sebuah group musik yang bergenre World Music. Sebut saja Arca Tatasawara, sebuah group musik yang hadir dari Kota Malang. Digawangi oleh Faizal (Suling Kendang), Nova (Vokalis, Kecapi), Agus Wayan (Sape, Panting), Toetut (Biola), Muhammad (Bass), Koko (Lead Gitar), Adit (Drum).
Lagu yang pertama kali Arca Tatasawara buat adalah untuk penampilan pada acara Festival Mbois 2023. Penciptanya adalah Nova yang menggarap lagu dan lirik. Sedangkan aransemen musiknya dilakukan secara bersama-sama. Diawal pembentukan Arca Tatasawara diinisiasi Nova yang menawari ajakan untuk membuat grup musik etnik world music pada Agus Wayan pada bulan Agustus 2023. Singkat cerita kemudian bersama-sama, Nova dan Agus Wayan mecoba untuk kumpulkan personil lain setelah sepakat bersama membuat grup baru yang tetap fokus di world music.
Untuk mencapai satu visi misi tersebut memang tidak mudah. Dari latar belakang yang berbeda dari semua personil Arca tatasawara menjadikan rasa mencampur yang memperkaya rasa musik dan membawa lintas nusantara. Hal ini didukung pemakaian alat musik tradisional. Musiknya pun senafas dengan musik etnik yang dibawakan oleh Jaduk Ferianto (almarhum) atau tampilan Krakatau Etnik. Sehingga Arca Tatasawara membuka pertunjukan dengan suara dan instrumen band seperti pada umumnya seperti drum, elektrik gitar, gitar akustik, bass, serta instrumen berbasis tradisi suling serta dawai dari bali.
Sesaat baru terbentuk Arca Tatasawara, kesempatan langsung manggung pertama kali di Festival Gondowangi Wagir Malang. Lalu sempat tampil di kota Surabaya dalam acara Bimtek yang diselenggarakan oleh pemerintah Kalimantan Timur. Alat musik Arca Tatasawara yang sering dipakai adalah kendang Sunda, Penting Bali, Sape Kalimantan, Suling jawa, Biola hingga guitar akustik.
Panggung demi panggung mulai dijalani Arca Tatasawara. Sehingga mendapatkan kesempatan untuk tampil pada acara Rembuk Ekonomi Kreatif #3 yang diselenggarakan oleh Bappeda Kota Malang. Dalam kesempatan tersebut, secara ekslusif ditampilkan Lagu pertama yang Arca Tatasawara persembahkan untuk Malang berjudul “Malang”. Lirik lagu ini lebih pada gambaran kenyamanan daerah Malang Raya dalam melayani wisata dan keramah tamahan masyarakatnya. Sehingga jika sudah singgah di Malang walaupun sejenak telah ada perasaan enggan tuk pulang ke daerah asalnya. Penampilan di hadapan pelaku ekonomi kreatif se Kota Malang juga turut memukau semua yang hadir dalam acara tersebut. Keunikan Arca Tatasawara sering menjadi kejutan kecil yang memukau. Sebut saja ketika di akhir acara mereka sempat menampilkan lagu Metalica dengan sentukan etnik.
Dalam setiap penampilannya, personil Arca Tatasawara juga mempunyai ciri unik lainnya yaitu style kostumnya yang selaras dengan jenis musiknya yang berbalut etnik ditambah kesan rapi yang cukup fashionable untuk ukuran sebuah group musik. Penampilan ini juga menarik untuk dipandang oleh penikmatnya. Meski personil Arca Tatasawara terdiri dari enam personil namun juga dalam penampilannya turut serta tampil para penari sufi hingga pemain reog. Mereka berhasil mengkolaborasikan antara bunyian dan gerak tari yang saling mengisi satu sama lainnya. Keberhasilan atas keterpaduan ini dapat nikmati saat pergelaran Arca Tatasawara pada Festival Mbois 2023 di gedung ballroom Malang Creative Center.
Arca Tatasawara juga berhasil mengelorakan bunyian hasil alat musik etnik bersama energi seni pertunjukan yang dinamis, kadang juga misterius. Narasi ini menciptakan bunyian yang unik namun ringan untuk dinikmati oleh semua orang. Keberagaman ini yang coba terus ditampilkan. Terlebih ketika dawai bali, gitar sape hingga suling jawa berdendang bersama. Terbentuk imajinasi baru dalam percobaan yang memprovokai alat dengar penikmatnya. Komposisi yang ditampilkan pun banyak disandingkan dengan irama musik tertentu seperti musik padang pasir, musik pesisir hingga musik pertunjukan tradisi. Belum lagi sentuhan irama rock era tahun 80 an-90 an juga turut memperkaya imajinasi, belum lagi ditambah dengan irama musik klasik yang hadir melalui biolanya. Bermodal bebrapa hal ini, Arca tatasawara mempunyai modal cukup untuk disandingkan dengan pemusik world music yang dapat diterima oleh semua pihak. Kedepan Arca tatasawara berrencana untuk bisa menembus kancah musik dunia melalui musik dari Kota Malang untuk dunia. (Aboe)