Djoeang Fest sukses digelar Skydope Creative UMM bersama Museum Reenactor Malang.
Skydope Creative, kelompok Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang bersama Museum Reenactor sukses menggelar Teatrikal Reka Ulang Sejarah. Event bertajuk Djoeang Fest diselenggarakan selama dua hari 21 dan 22 Juli 20023 bertempat di Museum Reenactor Sumbersari Malang. Festival ini bertemakan konsep Perjoeangan dan kehidupan Tempoe Doeloe. Djoeang Fest dilengkapi dengan stand kuliner tradisional dan terutama aktifitas reka ulang kejadian masa perjuangan kemerdekaan. Museum Reenactor ingin mengenalkan keunikannya melalui edukasi masyarakat tentang sejarah, dengan teatrikal reka ulang sejarah. Hal ini dilakukan agar masyarakat bisa lebih tertarik belajar sejarah tanpa harus merasa bosan.
Dalam reka ulang adegan “Serangan Umum Kota Malang”, para anggota reenactor berperan dalam beberapa karakaternya. Ada yang bertindak sebagai tentara Belanda lengkap dengan seragam dan persenjataannya. Sedangkan sebagian lainnya memerankan sebagai pejuang laskar kemerdakaan dan rakyat, termasuk TRIP. Ditemui setelah acara, Eko R. Irawan, ketua Reenactor Malang menyampaikan bahwa “Kami membawakan teatrikal ini, agar masyarakat lebih mengetahui dan bisa mengenang sejarah yang ada di Malang.” “Sehingga melalui adegan reka ulang ini mampu menimbulkan rasa nasionalisme dan patriotisme” ujar pria yang juga ASN Pemkot Malang ini (22/7).
Pada saat teatrikal reka ulang dimulai, beberapa anggota reenactor membuka adegan reka ulang dengan sebuah tembakan menggunakan replika senjata. Senjata ini adalah replika yang telah diisi petasan, siap diledakkan setiap kali pelatuk ditarik. Beberapa anggota yang berperan sebagai tentara Belanda mulai menyerang. Suasana menjadi riuh dengan bunyi petasan dan teriakan para pejuang. Mereka beradegan menembak para pejuang Indonesia. Hingga akhirnya perlawanan pasukan Indonesia mampu merangsek maju walaupun menahan sakit. Dalam reka ulang ini kemenangan berada di pihak Indonesia. Ditandai dengan kibaran bendera merah putih dan sorak sorai pejuang kemerdekaan. Adanya pertunjukan interaktif tersebut, menjadikan masyarakat Sumbersari dan pengunjung Djoeang Fest menjadi antusias.
Lalu, dilanjutkan dengan salah satu anggota reenactor juga ikut menyambung “memang konsepnya ini anggota reenactor melakukan adegan penghalauan tentara belanda yang ingin menguasai wilayah Malang” Tutur anggota yang ikut berpartisipasi di teatrikal tersebut (22/7). Reka ulang peristiwa Serangan umum kota Malang ini, mengharuskan anggota Reenactor melakukan persiapan agar teatrikal tersaji dengan baik. Harapannya selama pertunjukan, penonton seakan-akan ikut merasakan suasana nostalgia sejarah malang. Teatrikal berlangsung sekitar satu jam dan sajikan dengan sangat apik serta mendapat antusias yang tinggi dari warga yang menyaksikan.
Sementara itu pemerhati sejarah budaya, Agung H Buana menyatakan konsep edukasi sejarah melalui media partisipasi reka ulang ini akan memberi daya ingat yang kuat kepada masyarakat. “Saat ini masyarakat bisa belajar sejarah melalui banyak media, salah satunya adalah reka ulang/ reenactment,” jelasnya. Disisi lainnya, Budi Antono, salah satu anak pejuang TRIP era 1945-1949 menyatakan keharuannya ketika reka adegan ini menampilkan pula perjuangan Tentara Repulik Indonesia Pelajar atau TRIP. “Saya merinding menyaksikan reka ulang ini dan teringat akan perjuangan bapak-ibu kami yang tergabung di TRIP pada pertempuran jalan Salak.” ulas pria yang juga ketua panitia peringatan Pertempuran Jalan Salak 2023. (Djaja, Zayyin)