In Memoriam Mbah “Ki Tetuko Yongki Irawan”
Sejak dini hari hingga pagi ini (28/3/2023) linimasa media sosial dan banyak whatsapps group terkait seni budaya mengabarkan berita duka. Sebuah pesan singkat yang membuat banyak pihak tercengang dan kaget. Pesan berita duka disampaikan sangat pendek itu berbunyi, :
Innalilahi wa innailaihi rojiun. Telah meninggal dunia Mbah Yongki Irawan, pada pukul 00.32 WIB, di UGD Saiful Anwar. Mohon dimaafkan semua kesalahannya. Mohon doanya kepada dulur-dulur semuanya. Semoga Mbah Yongki Irawan husnul khatimah.
Sontak saja para seniman, budayawan, pelaku seni budaya, tokoh dan warga masyarakat hingga para birokrat yang mengenal dekat pada almarhum seperti mendapatkan gelegar petir di dini hari. Tak pernah ada kabar sakit atau kondisi yang mengkuatirkan dari Almarhum yang akan berusia 72 tahun pada bulan April nanti.
Pesan lanjutan dari berita duka itu pun semakin banyak dan merujuk pada informasi tambahan. Diketahui bahwa Jenazah Almarhum Mbah Yongki Irawan disemayamkan di rumah duka Janti Padepokan 100 RT 14 RW 4 Sukun Kota Malang. Dan rencana jenazah dimakamkan hari ini Selasa Pon 28 Maret 2023 sekitar pukul 09.00 wib di pemakaman Sukun Gang VII Kota Malang. Informasi tersebut pun kembali memenuhi linimasi WAG para rekan sejawat almarhum.
Sejak pagi banyak pelayat dari kalangan seniman, budayawan, pelaku seni budaya dan masyarakat umum memenuhi halaman rumah alamarhum. Pimpinan Kota Malang beserta jajaran pun turut hadir di antara para pelayat. Prosesi pemakaman almarhum Yongki Irawan pun dilakukan mulai sholat jenazah, pemberangkatan jenazah oleh walikota malang dan sambutan dari budayawan senior ki Djati kusumo. Dalam prosesi sholat jenazah bertindak sebagai imam adalah Walikota Malang sendiri yang diikuti oleh lebih dari 40 orang makmum. Dengan diiringi isak tangis dan rasa haru dari pelayat akhirnya mobil jenazah dari FKPPI Kota malang bergerak menuju pemakaman. Ratusan pemotor turut mengiringi mobil jenazah tersebut.
Almarhum Yongki Irawan pernah menjadi Kordinator Hatur Agung Malangkucecwara Pertama pada HUT Kota Malang tahun 2020 ini adalah seorang pengabdi seni yang aktif, tekun dan konsisten. Dia juga menjadi pimpinan Sanggar Budaya Young-Q Malang dan bersama teman komunitas lintas budaya sempat gelar acara “simpang jalan simpang jaman” serta penggagas Balai Budaya Singhasari dan penggagas Pakaian Malangan.
Ditangannya lahir karya-karya tari yang sarat makna. Sebut saja Tari Pecut (1970), Tari Buruh Pelabuhan (1971) dan Tari Kampung Laut (1972) serta Tari Petik Apel (1974) yang menggambarkan ragam kehidupan dan dinamisnya masyarakat dalam berkesenian. Ada fenomena berkesenian pasca tahun 1965 dimana setelah kejadian peristiwa tersebut, banyak kegiatan seni budaya pun ikut hilang dari kehidupan masyarakat. Akibatnya, trauma tersebut menghilangkan banyak akar budaya lokal yang menjadi keagungan di masyarakat. Oleh karenanya Yongki Irawan terus menerus merawat dinamika berkeseniannya melalui cerminan aktifitas masyarakat sehari-hari.
Sehingga sekali lagi diciptakan Tari Kuda Lumping (1973), Tari Layang Layang (1977), Fragmen Kepompong (1975) Tari Golekan Kayu (1976) dan Fragmen Nyai Putut (2009) yang kesemuannya menunjukan keresahan Yongki Irawan pengabdi seni terhadap dunia kanak-kanak yang perlu diperjuangkan. Sehingga tak ayal dia pun disebut sebagai pemerhati serta pelestari permainan anak dan kesenian tradisional Nusantara.
Suatu saat dia pernah berujar, “Umur saya sdh mendekati 72 tahun, ingin rasanya menumpahkan hasil laku kerja penelitian dan pengalaman saya membedah Karya Leluhur.” “Semoga keinginan saya tersambung dengan Generasi kini sehingga terlahir Generasi yang memiliki pengetahuan Peradaban akar budaya lokal menjadi keilmuan ” harapnya. Sebutan Ki Tetuko sendiri disematkan oleh almarhum ketika melakukan webinar kebudayaan tahun 2021 lalu. Tetuko sendiri bila dingacu pada bahasa yunani berarti orang yang sangat beruntung. Sedangkan tokoh Tetuko dalam dunia pewayangan berarti jabang bayi Gatotkaca yang sangat perkasa. Ibaratnya alamrhum adalah orang yang sangat perkasa dan memiliki keberuntungan.
Adapun keahlian lain yang dikuasai Almarhum Yongki Irawan selain Seni Tari adalah pencak silat, hypnosis, kartu tarot dan permainan anak tradisional. Di juga aktif dalam Pencak Silat Lesbumi dan Sanggar Tari Setowulan serta Dewan Kesenian Malang. Khusus ketika beradegan pencak silat, kerap kali dari kepala almarhum muncul asap. Suatu keadaan fokus dan konsentrasi tingkat tinggi.
Seperti diketahui bahwa almarhum pada senin malam (27/3/2023) sempat mengikuti acara bedah buku peringatan ulang tahun tokoh sastra akademisi UM di sebuat cafe daerah Splendid Malang. Tampak pada malam itu alamarhum sangat gembira bisa berada diantara teman-teman sejawat dalam berkesenian dan kebudayaan. Namun pada pukul 22.30 wib, almarhum tampak lemas dan bernafas berat. Wahyu Eko Setiawan yang hadir dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa almarhum sempat dilarikan ke RS Hermina lalu ke UGD RS- Siaful Anwar Malang untuk mendapatkan perawatan lanjut. Berbagai upaya medis dilakukan namun takdir berkata lain. Tepat pukul 00.32 WIB almarhum Ki Tetuko Yongki Irawan menghembuskan nafas terakhir diantara kawan-kawan dan sejawat berkesenian.
Dalam prosesi pemakaman alamahum di TPU sukun gang VII turut tampak Agung H Buana, pemerhati seni budaya yang juga sejawat alamarhum. Dia mengatakan bahwa Kota Malang kehilangan tokoh seni budaya yang tak tergantikan. “Saat ini sulit menemukan penerus seniman serba bisa yang mandiri dalam meluapkan ekspresi seni budaya seperti almarhum,”ujarnya. Dari tangkapan layar status terakhirnya turut menyiratkan bahwa dia akan pergi. Kendaraan Hijet satu-satunya yang membawa kemana dia pergi sempat ditawarkan melalui medsos, seolah sebagai pertanda bahwa dia akan pergi selamanya. Selamat jalan mbah Yongki, karya dan kebaikanmu akan menjadi penerang dalam kuburmu. Serta kemandirianmu berjuang untuk seni budaya menjadi penyemangatmu. (djaja)