Peringatan 1.172 tahun Prasasti Dinoyo II sebagai hari jadi Kelurahan Dinoyo Malang
Siapa sangka daerah Dinoyo Malang telah berusia kurang lebih 1.172 tahun. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi masyarakat Dinoyo. Usia ini diambil dari Prasasti Dinoyo II, sebagai bukti adanya peradaban maju yang telah mampu berliterasi dalam bentuk tulisan dan bacaan yang tertulis pada sebuah batu andesit. Bisa jadi adanya peradaban lama berusia satu melinium ini mampu membawa rasa percaya diri bagi masyarakat Dinoyo menatap perkembangan masa depan.
Saat ini Dinoyo merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Sebagai kelurahan yang padat penduduknya berjumlah 12.697 jiwa, mendiami luas wilayah 90.02 Hektar dengan jumlah Kepala keluarga sebanyak 4.267 KK pada tahun 2021. Kelurahan Dinoyo memperingati hari jadinya dengan mengambil masa waktu yang tertera dalam Prasasti Dinoyo II. Saat ini Prasasti Dinoyo II ada di Museum Mpu purwa lantai 2 di komplek Griya Shanta belakang Rumah Sakit Universitas Brawijaya (RSUB).
Prasasti Dinoyo II ditemukan di wilayah kelurahan Dinoyo pada pertengahan tahun 1985. Ditemukan tertimbun dalam tanah di sebelah timur dekat pertigaan jalan Gajayana dan Jalan MT Haryono. Daerah tersebut oleh masyarakat Dinoyo dikenal dengan pertigaan Daging. Prasasti Dinoyo II ditemukan saat pelebaran jalan dan gorong-gorong di jalan MT Haryono Malang dimana salah seorang pekerja pelebaran menemukan batu besar ketika menggali gorong-gorong. Posisi ditemukan pada kurang lebih 15 menter dari pertigaan Daging disisi barat jalan MT Haryono dalam kedalaman 80 cm. Pekerja sempat melakukan pemcahan batu namun dihentikan ketika batu tersebut memiliki inskripsi atau tulisan yang dipahatkan pada batu tersebut. Kemudian dilakukan pengamanan dan penyatuan kembali pecahan batu oleh BPCB Trowulan seta dilakukan pembacaan prasasti pada batu tersebut.
Prasasti tersbebut dikatakan sebagai prasasti Dinoyo II (dua) karena sebelumnya juga ditemukan prasasti Dinoyo I dilokasi yang tak jauh dari prasasti dinoyo II. Saat ini Prasasti Dinoyo II berada di Museum Nasional Jakarta. Seperti diketahui bahwa Hari Jadi Kabupaten Malang merujuk pada penanggalan yang ada pada Prasasti Dinoyo I. Sehingga tidak berlebihan bila kelurahan Dinoyo mengambil penanggalan yang ada di Prasasti Dinoyo II sebagai hari jadinya.
Prasasti Dinoyo II memuat dua pertanggalan. Pertama, bertanggal 8 paro terang hari WA U WR bulan Magha tahun 773 Saka, yang bertepatan dengan tanggal 15 Januari 851 M. Kedua, bertanggal 8 paro gelap hari MA U A bulan Srawana tahun 820 Saka, bertepatan dengan tanggal 2 Juli 898 M. Maka bila Kelurahan Dinoyo mengambil penanggalan pertama yaitu tanggal 15 Januari, maka berarti Hari Jadi Kelurahan Dinoyo yang ke 1.172 tahun seperti pada isi Prasasti Dinoyo II.
Prasasti Dinoyo II adalah prasasti yang dibuat dari bahan batu andesit abu-abu kehitaman. Huruf yang dipakai adalah Jawa kuna Teknik penulisannya dilakukan pada tiga bidang permukaan batunya secara memanjang melingkupi sisi kiri, sisi depan, dan sisi kanan. Tulisan terdiri dari 16 baris. Bentuk huruf adalah huruf Jawa kuna dengan model ramping serta miring ke kanan
Peristiwa tersebut berlangsung pada masa awal pemerintahan Rakai Watukura Dyah Balitung dari kerajaan Medang di Jawa Tengah (Mataram kuna), yang mulai memerintah tahun 820 saka. Prasasti Dinoyo II dikeluarkan bukan oleh raja, perdana menteri, atau pejabat kerajaan, tetapi dikeluarkan oleh seorang yang bergelar Dang hwan (sang penggembala yang terhormat) yang dermawan dari wilayah Hujung.
Prasasti Dinoyo II berisi tentang penetapan status tanah sawah yang dihibahkan pada 851 M oleh dang Hwan Sang Hiwil dari Hujung, guna kelangsungan pertapaan Dang Hyang Guru Candik. Namun kemudian selang beberapa tahun sawah tersebut dijual oleh para tetua Desa Kandal.
Rupanya pada tahun 898 M tanah tersebut dibeli kembali dari kepala Desa Kandal dan status sawah tersebut dikembalikan seperti semula, yaitu sebagai hibah untuk kelangsungan pertapaan yang bersangkutan. Tidak diketahui di daerah mana sawah yang telah dihibahkan dan di mana pertapaan Dang Hyang Guru Candik tersebut. Ada pembacaan ulang oleh arkelog termasuk Suwardono, Arkeolog Malang.
Dengan peringatan 1.172 tahun Prasasti Dinoyo II yang diperingati sebagai hari Jadi kelurahan Dinoyo, maka masyarakat Dinoyo seperti menemukan kembali jati dirinya yaitu masyarakat beradab yang mempunyai intektual literasi yang luar biasa. Ketika warga daerah lain belum mampu menunjukan kemampuan ber literasi, masyarakat Dinoyo sudah mampu baca dan tulis.
Lurah Dinoyo Mohammad Khairi menyampaikan rasa syukurnya bahwa kelurahan Dinoyo sudah memiliki Hari Jadi Kelurahan. “Kedepan tinggalan leluhur berupa Prasasti ini akan dibuat replika di lokasi ditemukannya, sebagai penanda bagi masyarakat Dinoyo bahwa Dinoyo adalah wilayah maju dan bermartabat,” ujarnya. Hal ini juga perlu diketahui bersama bahwa tidak banyak wilayah kelurahan di Kota Malang yang memiliki Prasasti selain Dinoyo dan Bunulrejo. Sementara itu pengamat Cagar Budaya, Agung H Buana menyatakan apreasiasi kepada masyarakat kelurahan Dinoyo yang menjujung tinggi tinggalan leluhur sekaligus meneguhkan kembali dinoyo sebagai pusat literasi, intelektual dan masyarakat maju yang beradab.
Selamat berhari jadi kelurahan Dinoyo Malang dan selamat menjunjung tinggi tinggalan leluhur Dinoyo dalam bentuk memajukan dan menjadi pioner literasi di kota Malang. (Ahar)
sumber https://hurahura.wordpress.com/2013/07/12/tinjauan-ulang-tentang-prasasti-dinoyo-ii-tahun-820-saka/