Refleksi Tema HUT Kemerdekaan ke 77, Pulih lebih Cepat Bangkit lebih Kuat oleh Agus Saikhu
Judul di atas merupakan tema peringatan HUT ke 77 Republik Indonesia tahun 2022 sekarang ini. Tentu tidak hanya sekedar tema, tapi makna yang terkandung di dalamnya perlu kita cermati dan perlu kita aplikasikan dalam hidup keseharian kita dalam berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Dalam artikel pendek ini, artkel versi orang kampung, kita coba mencermati bagaimana arti dari tema tersebut.
PULIH LEBIH CEPAT. Tiga kata ini, barangkali, negara kita mengajak bangun dari keterpurukan akibat dari pandemi covid-19 yang menerpa negara Indonesia bahkan dunia selama dua tahun terakhir (2020-2021). Hampir di semua sektor perekonomian mati suri. Demikian pula sektor kegiatan, acara-acara, event, kepariwisataan, bahkan keagamaan dilarang menimbulkan adanya kerumunan. Sekolah disemua jenjang tingkatan, diliburkan. Karena dikhawatirkan covid-19 menular melalui kontak fisik, sehingga mengakibatkan kematian. Kini, setelah dua tahun berlalu, walaupun SE PPKM covid-19 belum secara resmi dicabut, dalam merayakan kemerdekaan negara kita yang ke 77, negara mangajak seluruh lapisan warganya PULIH LEBIH CEPAT dari segala keterpurukannya. Berdiri tegak, berjalan, bahkan berlari. Kembali kepada aktifitas seperti sebelum pandemi covid-19.
BANGKIT LEBIH KUAT. Ini juga tiga kata, yang kalau tidak berhati-hati dalam memaknainya bisa menimbukan multi tafsir. Kata “Bangkit” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti bangun dari tidur, bangun dari duduk lalu berdiri. Arti lain dari kata bangkit adalah bangun (hidup) kembali. Makanya tidak jarang, kita mendengar kata “hari berbangkit, hari kebangkitan…?”
Lalu menurut Tesaurus Bahasa Indonesia, sinonim kata bangkit adalah ; timbul, keluar, kelihatan, mencuat dan mengemuka.
Dengan demikian, dalam merayakan HUT Kemerdekaan RI yang ke 77 ini kita sebagai warga negara diajak BANGKIT dari tidur, BANGKIT dari duduk dan bangun (hidup) LEBIH KUAT. Sedangkan arti LEBIH KUAT di sini kita maknai sebagai kekuatan dalam menyongsong aktifitas hari-hari ke depan dengan tidak loyo, tidak lemah, tidak malas atau tidak kendo. Kita hilangkan narasi-narasi yang memuakkan. Seperti ; politik identitas, isu perbedaan, dan isu perpecahan. Dirubah menjadi isu-isu yang menyejukkan. Persatuan dan Kebhinekaan. Tidak membeda-bedakan yang tidak sama, tapi juga tidak memaksakan untuk menyamakan yang berbeda. Inilah yang disebut : “Saling menghargai, toleransi.” Kalau ini bisa kita lakukan secara masih, peringatan hari kemerdekaan kali ini betul-betul terwujud temanya, yaitu BANGKIT LEBIH KUAT. Kita bicara persatuan, bicara kerukunan, bicara kekompakan, ketika ada potensi untuk perkembangan suatu wilayah yang bernilai ekonomis, tapi berbeda, apakah harus dilawan ? Apakah perbedaan itu mesti berlawanan ? Saya kira tidak, kan?!. Kalau begitu, ayo kita bangkit, ayo kita keluar, ayo kita mencuat, ayo kita timbulkan, ayo kita perlihatkan biar kita bisa mengemuka…biar kita bisa : PULIH LEBIH CEPAT BANGKIT LEBIH KUAT.
Salam Satu Jiwa, Arema…
Salam Satu Jiwa, Indonesia…*)
*) Pegiat Pokdarwis Ki Ageng Gribig Religi Kota Malang.