Dr. Ponimin, Profesor “Lempung” yang dipunyai Malang.
Kamis 11 Agustus 2022, tepat pada hari ulang tahun Arema yang ke 35 tahun, Universitas Negeri Malang mengukuhkan gelar Guru besar kepada Profesor Dr. Ponimin, M.Hum kepakaran pencitaan karya keramik dan penciptaan aneka seni kriya. Pada saat yang sama UM juga mengukuhkan 4 orang Guru Besar lainnya. Dr. Ponimin sendiri adalah tokoh humanis dari UM yang punya jaringan luas. Dia mengemukakan bahwa Manusia dilahirkan di jagat semesta disertai akal, rasa, dan kemampuan untuk beraksi yang didorong energi positif dan negatif. Jagad semesta dengan segala isinya hasil kreatif dari Tuhan yang Maha Kreatif, semestinya dirawat dan dicintai manusia sebagai makhluk yang paling berakal dan berasa, untuk keberlanjutan kehidupan mereka dan penghuni yang lainnya.
Disela-sela acara ramah tamah di Gedung d-18 Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra UM, Profesor Ponimin menerima banyak ucapan selamat dari para senior, rekan sejawat, kolega dan keluarganya. Secara tulus dia mengucapkan rasa syukur dan bangganya bisa berbuat sesuatu pada UM. Predikat Guru Besar yang terakhir didapatkan Fakultas sastra UM adalah saat penganugerahan Prof. Harjo pada tahun 1997.
Bambang AW pegiat literasi, yang turut hadir di acara tersebut menyatakan bahwa Prof. Ponimin mempunya karya besar dalam literasi melalui keramik. Sementara itu Agung H Buana pemerhati Sejarah dan Cagar budaya menyatakan bahwa Prof. Ponimin adalah tokoh kriya keramik yang telah diakui kepakarannya. “Beliau adalah seniman sekaligus akademisi yang mencapai titik tertinggi kepakaran melalui karya keramik yang dimiliki Malang.” ujarnya disela-sela acara ramah tamah pengukuhan Guru Besar bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni. Sehari-hari Profesor Ponimin berkarya di studio tanah liat, sehingga banyak sejawatnya di UM menyebutnya dengan sebutan Ponimin Lempung, sehingga pada saat pengaugerahan Guru Besarnya banyak yang memberikan sebutan Profesor lempung (tanah liat)
Gelar Strata Master Humaniora diperolehnya sebelumnya pada 2001 sedangkan gelar Doktoral diraihnya pada februari 2016 di Pasca Sarjana ISI Yogyakarta dengan judul Desertasi “Reinterpretasi dari Kisah Panji Asmorobangun Lakon Wayang Topeng Malang dalam Keramik” dengan predikat sangat memuaskan. Alumni Seni pada ISI Yogyakarta ini juga konsisten beraktivitas sebagai pematung keramik.
Sejawat lainnya yakni Lulut guru SMAN 3 Malang yang bertetangga desa asal di Kabuh Jombang dengan Profesor Ponimin ini, tidak bisa menyembunyikan rasa bangga terhadap sejawatnya yang telah mampu mencapai gelar Guru Besar ini. “Kami sama-sama berasal dari satu daerah terpencil di perbatasan Jombang dan Babat Lamongan yang sering disebut dengan Gunung Celeng, karena desa kami berada ditempat yang sulit dan sering dijadikan tempat berkumpulnya babi hutan karena adanya mata air ditengah-tengahnya.”
Sementara itu sesaat akan membacakan doa syukur, Profesor Mistaram sempat menceritakan proses bagaimana Dr. Ponimin akhirnya bergabung dengan IKIP Malang (sekarang UM). “Saat itu didesa Kasongan Jogyakarta, saya menawari pak Ponimin untuk bergabung ke IKIP Malang, tempat yng mungkin tidak bisa memberikan kekayaan namun dapat menjadi tempat bebas berekspresi secara seni maupun akademik.” Dan terbukti bahwa bergabungnya Ponimin sejak tahun 1993 di IKIP Malang, dia mampu menunjukan karya seninya yang terlus berkembang. Terakhir pada Oktober 2021, Dr Ponimin meluncurkan karya kreatif berjudul “Kala Murka bawana’ dalam Pameran Virtual Wana-Rupa-Nusantara di ISI Denpasar Bali.
Berbagai hibah penelitian pun semakin deras mengalir dalam aktifitasnya sebagai akademisi sehingga semakin banyak karya penelitian Dr. Ponimin yang terpublikasi secara nasional maupun internasional. Salah satu event internasional yang pernah diikutinya adalah Festival Al-Janadriyah pada tahun 2018 di Riyadh Arab Saudi. Dimana Festival Al-Janadriyah merupakan festival budaya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Arab Saudi yang bertujuan untuk melestarikan, dan mengembangkan budaya Islam Arab Saudi kepada kalangan masyarakat secara lebih luas. Pada kesempatan tersebut Ponimin menampilkan karya patung keramik tanah liat figuratif deformasi hewan seperti Unta, Ikan, Gajah dan Singa. “Ternyata masyarakat Arab Saudi bisa menerima karya keramik figuratif dengan tehnik pinching dengan ornamen pilin tempel.” ujar Ponimin. “Jujur saja ini berbeda dengan bayangan saya saat masih di Indonesia,” pungkasnya. Bisa jadi Dr. Ponimin adalah pematung pertama yang bisa tampil di depan masyarakat Arab saudi yang kental dengan budaya dan agamanya.
Profesor Dr. Ponimin juga tiap tahun harus hadir pada acara yang digelar oleh asosiasi keramik terbesar di India, yakni DELHI BLUE TRUST POTTERY dan diselenggarakan hampir setiap tahun di New Delhi. Delhi Blue trust Poterry merupakan lembaga asosiasi keramik di India yang menangani kegiatan sosial untuk pelestarian dan pengembangan keramik di India, baik yang dilakukan oleh seniman keramik masa kini maupun para perajin diberbagai pelosok India. Sehingga dia bisa mendemonstrasikan kemampuan dan tehnik membuat kriya keramik di depan masyarakat India.
Selamat Profesor Ponimin… Profesor “lempung” (tanah liat) ..semoga semakin kreatif dalam berkarya. (masiyo)
Selamat pagi,,saya mauu bertanya,,apa ada bahan gelasir keramik,dan saya mau bertanya tentang keramik boleh
boleh, untuk detailnya bisa ke bapak Prof. Ponimin via DM IG @pon_arts