RUATAN MURWAKALA by Yongki Irawan
Bulan Suro (kalender Jawa) atau juga disebut bulan Muharram (kalender Islam) banyak laku dan ritual yang dapat dilakukan. Salah satu yang bisa dilakukan adalah Ruwatan. Dalam kehidupan manusia Jawa, Ruwatan dipercaya sebuah tatanan hambatan bagian dari perjalanan hidup. Beberapa kelahiran manusia yang perlu diruwat antara lain Anak Tunggal (ontang anting), Gentono Gentini, Ondo usul, Pendawa atau Srikandi limo, sendang kapi pancuran atau sebaliknya pancuran kapit sendang dan masih banyak yang lain.
Mereka tersebut diatas harus diruat agar dalam perjalanan hidup kedepannya menjadi lebih baik, bahasa simbolnya biar tidak dimakan Betara Kala (dalam cerita perwayangan) Upacara ruwatan biasanya digelar dengan menggunakan wayang kulit.
Dalam masyarakat Jawa, upacara ritual ruwatan bisa dibedakan dalam tiga golongan besar yaitu, ritual ruwat untuk diri sendiri, ritual ruwat untuk lingkungan, serta ritual ruwat untuk wilayah.
Tradisi upacara/ritual ruwatan hingga kini masih dipergunakan orang jawa, sebagai sarana pembebasan dan penyucian manusia atas dosanya atau kesalahannya yang berdampak kesialan di dalam hidupnya. Pada umumnya, pangruwatan Murwa Kala, dilakukan dengan pagelaran pewayangan yang membawa cerita Murwa Kala dan dilakukan oleh dalang khusus memiliki kemampuan dalam bidang ruwatan.
Pagelaran wayang merupakan acara yang dianggap sakral serta memerlukan biaya yang cukup banyak untuk pelaksanaan ruwatan sekarang ini, Salah satunya bersih punden, bersih Desa, dalam lingkup pedesaan atau pedusunan. Ruatan juga dilakukan kala ada keberhasilan (ngelarung) sebagai ungkapan syukur, juga ruatan sengkolo dilakukan bila terjadi Pagebluk sebuah permohonan agar terhindar dari segala balak sengkolo.
Hal ini sebenarnya menjadi Tradisi dijawa, mengingat kala orang tua mereka mencetak bibit Jabang bayi tentu mereka tidak bisa mengendalikan yang namanya NAFSU. Bukan niat dengan sebuah kesadaran mencetak bibit Jabang bayi dengan rasa kasih bukan karena Nafsu.
Biasanya kebobolan dahulu, disini sadar atau tidak sadar Gen Suami istri ada pada Jabang bayi yang menentukan perjalanan hidup nya, maka ada Pribahasa mengatakan KACANG ORA NINGGAL LANJARAN. Hukum sebab dan akibat.
Pembentukan awal dari Karater Manusia dilihat bagaimana masa muda Orang tua nya menitiskan gen darah, Tentunya sang bocah tak akan jauh kemiripan karakter dari kedua orang tua nya. Maka ada istilah benih awal dari bibit, bebet, bobot.
Dari kejadian demi kejadian dalam kehidupan maka Ilmu Titen menjadi salah satu rujukan. Nah disini kesadaran manusia berusaha bagaimana agar keturunannya terhindar dari Sengkalanya hidup, maka dipercaya salah satu nya dengan menggelar RUATAN dan masih banyak pola lain demikian juga dengan waktu bulan pelaksanaannya.
Sedangkan untuk menyelenggarakan acara Ruatan biayanya sangat mahal bila di pikul sendiri. Perlu membuat trobosan untuk membuat Ruatan Massal sehingga biaya bisa dipikul bersama. Kegotong-royongan juga cermin masyarakat jawa. Sehingga tradisi ruwat menjadi bagian dari penerusan tradisi. Pemilihan dalang ruwat adalah berdasarkan orang pilihan, sebagai dalang ruwat tentunya juga meneruskan tradisi turun menurun dari ayah atau ibunya yang juga dalang ruwat.
Disini bagaimana kita meletakan pemikiran bijak dalam hidup bermasyarakat. Bagi orang tua sugesti ruatan buang Sengkala sangat kuat untuk jalan hidup putra putrinya dimasa depan akan lebih baik. Demikian pesan pesan dari ilmu titen kehidupan dijawa.
Ulasan : Ki Tetuko Yongki Irawan CHt
YoungQ Sanggar Budaya
Cp 0888 582 5556