Art and CultureperformanceUncategorized

Pencak Bantengan Ketawanggede tampil atraktif di sarasehan, kebangkitan seni budaya tradisi di kelurahan Ketawanggede

Bantengan Ketawanggede yang tergabung pada Sanggar Mahesa Kerto Anom RW 03 dan Sanggar Satrio Tawang Arum RW 01 tampil memukau dan atraktif. Sebagai atraksi pembuka acara Sarasehan Budaya bertempat di kantor Kelurahan Ketawanggede Jalan Gajayana nomor 17 Malang. Sarasehan Budaya ini dilaksanakan pada Rabu Wage tanggal 11 Juni 2025 mulai pukul 19.00 wib.

Tema sarasehan budaya adalah “Ketawanggede Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan”. Adapun pematik diskusi adalah Wayan Suyadna (akademisi UB), Claudio Akbar (pegiat Bantengan), Ais Pasebar (penerima Dana Indonesiana). Tampak juga memberikan masukan yaitu Budi Fathoni (pemerhati pariwisata), Urip Margianto (ketua Bantengan KORMI), Abdul Malik (Rumah Budaya Ratna). Tak ketinggalan Lulut Edi Santoso (Puspa Lulut), Mbah Djo (pegiat dolanan anak) dan Joko Santoso (pegiat budaya).

Hadir pada kesempatan ini adalah Lurah Ketawanggede beserta jajaran, perwakilan Camat Lowokwaru, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat sekitar termasuk para akademisi dari Universitas Brawijaya Universitas Negeri Malang dan lainnya. Juga dukungan kehadiran dari LPMK, RWQ, KIM, Katar, PKK dan masyarakat pecinta seni tradisi Ketawanggede. Kegiatan sarasehan budaya kali ini merupakan salah satu implementasi dari program Dasa Cita Walikota Malang Wahyu Hidayat dan Wakil Walikota Ali Muthohirin. Dimana sarasehan budaya dan atraksi seni pencak ini mengedepankan program Ngalam Ngopeni, Ngalam Asik dan Ngalam Santun.

Sesaat sebelum kesempatan sarasehan ini berlangsung juga pemberikan penghargaan atas penampilan seni tradisi pencak bantengan dari Lurah Ketawanggede kepada Sanggar Satrio Tawang Arum dan Mahesa Kerto Anom. Diketahui pula bahwa seni pencak bantengan merupakan salah satu seni budaya yang wajib untuk dilestarikan. Terlebih dalam situasi kondisi masyarakat yang semakin metropolis. Tampilnya sanggar Mahesa Kerto Anom dan sanggar Satrio Tawang Arum merupakan sebuah kejutan bagi masyarakat Ketawanggede. Terlebih setelah beberapa bulan terakhir sanggar tersebut tidak pernah tampil di wilayah sendiri. Kehadiran dan penampilan dihalaman kantor Kelurahan Ketawanggede sepertinya mengobati kepedulian warga atas seni budaya.

Sebelumnya para pegiat pencak bantengan ini melaksanakan kegiatan seni budaya terhalang dengan sempitnya ruang dan keterbatasan tempat. Namun penampilan di halaman kelurahan di acara sarasehan ini menjadi oase bagi seni tradisi. Atraksi pencak bantengan menjadi pembuka untuk dilaksanakannya kegiatan seni budaya di Kelurahan Ketawanggede. Lurah Ketawanggede Agung H. Buana menyampaikan bahwa sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 tahun 2017 dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 6 tahun 2024 tentang Pemajuan Kebudayaan. Aturan tersebut menyiratkan bahwa seni budaya merupakan bagian dari pokok-pokok kemajuan kebudayaan yang wajib dilestarikan. Terlebih di masyarakat yang terbentur pada masuknya budaya asing di tengah arus globalisasi. Pihaknya juga berharap media seni budaya ini dapat mencegah masuknya Narkoba bagi generasi muda.

Pemanfaatan ruang publik sebagai sarana unjuk atraksi kegiatan pencak bantengan ini yang bertempat di Kantor Kelurahan Ketawanggede menjadi sebuah oase. Ketika masyarakat seni budaya memanfaatkan ruang-ruang publik sebagai bagian dari unjuk kreasi dan unjuk prestasi. Terlebih kota Malang sebagai Kota kreatif diharapkan mampu memberikan satu nuansa baru terhadap pelaksanaan kegiatan ini.

Wayan Suyadna menyampaikan kekagumannya terhadap seni budaya yang masih tumbuh ditengah masyarakat Ketawanggede. Pihaknya membandingkan dengan ko0ndisi 20 tahun yang lalu dengan perkembangan Kota Malang yg terus berkembang. Dia juga memberikan kesempatan seni bantengan untuk tampil di kampus FISIP UB. Dilain pihak Ibu Sri Subekti pengasuhg sanggar Mahesa Kerto Anom menyambut gembira undangan tersebut. “Suatu kesempatan bagi anak-ank muda bisa menyalurkan bakat seni sekaligus melestarikan kesenian tradisional di hadapan masyarakat kampus “ujar Nenek panggilan akrabnya.

Sementara itu Isman Hadi ketua RW 1 turut mnenyambut gembira atas pelaksanaan Sarasehan Budaya yang diikuti penampilan seni tradisional. “Anak-anak saya juga turut memainkan kesenian pencak bantengan ini, agar mereka mencintai kebudayaannya,”ujar bapak berkacamata ini. Senada dengan hal tersebut, Ketua RW 3 Ketawanggede Medi Harsono juga menyambut baik kegiatan tersebut mengingat di wilayahnya juga terdapat aktifitas Kampung Budoyo.

Tak terasa kegiatan yg dimulai dari jam 19.00 berakhir hingga jam 22.00 wib. Penonton yang hadir juga terlihat tertib serta menikmati seni pertunjukan tersebut. Disela-sela acara sarasehan, ketua LPMK Ade Isa Anshori mendukung kegiatan yang dilaksanakan di kantor kelurahan Ketawanggede. Dia berharap agar kegiatan sarasehan budaya dapat berjalan teratur sehingga menumbuhkan kebanggaan sebagai warga Ketawanggede. Apalagi semboyan masyarakat sekarang adalah Bersatu untuk Ketawanggede. “Masyarakat perlu tahu sejarah daerahnya agar bisa mengisi pembangunan di kampungnya,”ujar bapak berjanggut putih ini.

Salah satu hasil sarasehan adalah mengiatkan kembali kesadaran berbudaya bagi masyarakat Ketawanggede. Selain dari hal itu kedepan juga akan digali kembali sejarah wilayah serta menyusun hari jadi kelurahan Ketawanggede. (djaja)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?