Art and Culturehistory

Mengenal Hello Malang, Majalah Tabloid yang inspiratif era tahun 2000an

Saat ini mungkin tak banyak yang mengenal majalah Hello Malang. Sebuah karya jurnalistik asli Malang yang sempat dikenal awal tahun 2000an dengan konsep free magazine. Penerbitan tabloid dan majalah ini sepenuhnya dibiayai iklan dan donasi, namun hasil karya cetaknya dibagikan secara gratis. Hello Malang terbit pada tahun 2000 dengan diawali dengan terbitnya dengan model Tabloid. Yakni sebuah karya jurnalistik cetak full color berukuran 27,9 cm x 43,2 cm yang memiliki 16 halaman bolak balik atau 8 lembar kertas. Sehingga pada akhirnya yakni pada awal 2003 berubah menjadi format majalah dengan tetap mempertahankan konsep gratis (free magazine).

Hello Malang pada edisi tabloid memiliki tagline “free guide for visitor” ini terbit sebanyak 1.000 eksemplar tiap bulannya. Dicetak di Aloma printing Malang dengan design karya Rumah Desain KlapaWang. Penerbitannya menggunakan dwi bahasa yakni English dan Bahasa Indonesia. Hal ini tak lepas dari target pembacanya yaitu kalangan perhotelan, biro travel, pelaku usaha pariwisata hingga mahasiswa. Bertindak sebagai editor Hello Malang adalah Agung “Lanang” Priyo Wibowo dan almarhum Danil Al Madrim. Sedangkan pemimpinnya adalah L. Hermanto Budi, dengan dibantu photografer Mamak dan beberapa tenaga advertising. Editorialnya berkantor di jalan Selat Malaka, sedangkan divisi iklan berada di jalan Yulius Usman Malang.

Hello Malang memuat banyak informasi mulai sejarah kota, agenda wisata dan seni budaya, profil tokoh, gallery seni, destinasi wisata, souvenir, cafe resto hingga jadwal kereta api, bioskop dan penebangan. Pendek kata Hello Malang mencoba untuk memberikan informasi pariwisata dan edukasi tentang sejarah Malang. Namun sayang Hello Malang hanya bertahan di akhir 2003 atau genap 3 tahun mengungkap sejarah kota melalui bahan bacaan populer. Hal ini dikarenakan minimnya iklan yang masuk untuk biaya pencetakannya.

Agung Priyo saat di luar negeri

Agung Priyo Wibowo yang banyak dikenal dengan panggilan Lanang sebagai editor, menyampaikan bahwa penerbitan Hello Malang kala itu dimaksudkan sebagai respon atas makin terpinggirnya dan kurangnya penghormatan atas kerja seni dan kebudayaan. “Saat itu perbincangan tentang senin budaya dipandang tidak serius, hanya sebatas retorika,” ujarnya. Indonesia khususnya Malang yang penuh dengan sejarah panjang belum tergali dan terimplementasikan kedalam kehidupan anak-anak muda. “Kegelisahan ini yang membawa kami untuk menerbitkan hello Malang, penuh dengan edukasi seni budaya,”kata pegiat Air Kita dari Mojoagung ini. Ingatannya tertancap pada sekitar tahun 1970an, dimana dia dapat mandi di sungai sekitar Dinoyo dalam kejernihan air sungai, bebas sampah. Dari ingatan akan Malang di masa lalu itu yang ingin disampaikannya melalui tajuknya yakni pada penerbitan majalahnya yang bertagline Hello Malang Tourism Story.

Saat ini Agung Priyo Wibowo lebih fokus pada pengembangan festival. Seperti contoh dia telah mendorong terjadinya sister festival antara Solo dan kota Chiangmai di Thailand. Melalui Festival Payung yang universal terjalin kerjasama internasional. Sebagai pegiat Air Kita sejak 2017 dia mencoba mensosialisasikan air hujan untuk konsumsi rumah tangga termasuk mendirikan Pondok Udan. Dia berharap melalui kerja seni budaya ini akan terbentuk ketertarikan bagi Generasi Z untuk mencintai karya budaya leluhurnya. Dia juga mengusulkan adanya Festival Topeng Malang untuk kemudian hari menjadi sarana edukasi di ruang publik,

Pada edisi bulan Agustus 2002, Hello Malang menampilkan tajuk Malang Nostalgia in 1947. Sebuah sajian informasi yang padat, sederhana dan mudah dipahami terkait peristiwa era tempo doeloe. Saat itu Kota Malang terjadi banyak peristiwa, dimulai dari Kongres KNIP pada akhir Februari hingga awal Maret hingga peristiwa masuknya tentara Belanda yang ditandai dengan “Malang Bumi Hangus”. Berbagai photo-photo lawas disertakan dalam tabloid tersebut. Mulai photo suasana kongres KNIP di Societet Concordia hingga gedung-gedung hangus akibat taktik Gerilyawan Rakyat Kota. Pembakaran kota ini mengakibatkan 1000 lebih bangunan habis terbakar. Ketegangan politik antar etnis atas peristiwa tersebut juga membawa suasana ketenangan kota konsekwensi dari perjanjian Linggarjati.

Dari edisi ini saja kita dapat belajar tentang kota Malang, meski tahun 1947 ini masih banyak cerita yang belum tersampaikan seperti peristiwa pertempuran Jalan Salak oleh Pelajar pejuang tergabung dalam TRIP serta tragedi Mergosono. Namun ternyata Hello Malang sejak 20 tahun yang lalu telah menyampaikan story tentang Malang dengan cara yang ringan dan informatif.(djaja)

2 thoughts on “Mengenal Hello Malang, Majalah Tabloid yang inspiratif era tahun 2000an

  • Mrs. We

    Terimakasih atas waktunya untuk menuliskan kembali kisah Hello Malang dengan para tokoh di dalamnya, semoga ini bisa memberikan inspirasi bagi gen z#dedicated to Danil.Madrim#

    Reply
    • terbitnya Hello Malang telah menjadi inspirasi bagi perkembangan Kota Malang

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?