Upaya Melestarikan Kesenian Banteng Punukan dan Gumbingan di Malang
Kesenian Bantengan bagi masyarakat Malang dan sekitarnya tentu sudah tidak asing lagi, Seni tradisi ini berakar dari kebudayaan masyarakat agraris yang lekat dengan lingkuan ekologi daerah Malang. Sawah, hutan dan hewan menjadi bagian dari kehidupannya. Bantengan merupakan refleksi interaksi kehidupan petani dengan hewan peliharaannya yang berasal dari pinggir hutan. Domestifikasi hewan Banteng menjadi hewan ternak yang terkait erat dengan pertanian ini membuka kebudayaan Bantengan berkembang.

Bila di beberapa tahun terakhir ini muncul istilah mberot pada aktifitas seni Bantengan maka ada lagi sub kesenian bantengan yang perlu dilestarikan, yakni Gumbingan dan Banteng Punukan. Saat ini ada kurang lebih 40 orang lelaki dan perempuan yang coba untuk hidupkan sub kesenian ini. Mereka tergabung dalam sanggar seni yang di beri nama “Joyo Aji” Banteng Punukan Kota Malang. Terbentuk pada tahun 2015 di wilayah Merjosari Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Dikomandani oleh Johan Irawan sebagai ketua, aktifitas ini diharapkan mampu menyatukan visi dan misi anak muda. Yaitu melestarikan sebuah kesenian tradisi rakyat Pencak Dor Malangan dan Bantengan.

Upaya yang sedang dilakukan mereka adalah terus menjaga suatu yang ada, selanjutnya dalam upaya melestarikan. Dengan tema Bantengan Punuk Kota Malang, Joyo Aji pada hari minggu tanggal 17 November 2024 akan menggelar event budaya bantengan. Dimulai pukul 14:00 – 17:00 Wib kegiatan tersebut akan dilaksanakan bertempat di Dewan Kesenian Malang, Jl Majapahit 3 Kota Malang.
Setiap rangkaian pergelaran mereka cukup di bilang unik dan atraktif, dikarenakan ada beberapa sajian yang di tampilkan. Salah satunya adalah “Gumbingan” yaitu sebuah topeng besar, terbuat dari bahan rotan dan bambu kemudian menggunakan tali rafia sebagai rambut, di bentuk sedemikian rupa hingga seolah menyerupai hewan macan. Membuat penanda atau ciri khusus pada setiap pergelaran mereka yang tentunya ada penampilan pencak dor Malangan dan puncaknya adalah seni bantengan punuk khas Kota Malang.

Menggunakan iringan musik gamelan, kenteng, jidor dan kendang Malangan yang selalu memperkuat suasana setiap gelaran pentas bantengan punuk Joyo Aji, seolah mengajak kita kembali ke masa itu.
Mengusung semangat gotong royong, kemandirian, kebersamaan dalam keberagaman demi upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya yang ada di daerah khususnya Malang dan sekitarnya. Melalui upaya pelestaraian ini semoga akan menambah khasanah budaya yang ada di Kota Malang lalu kemudian dapat diminati oleh berbagai kalangan masyarakat dan apresiasi oleh pemerintah.(arix)