Era kelahiran, Pengorbanan dan Perubahan, catatan Wibie Maharddika
Setiap masa, bahkan setiap waktu, adalah saat terjadinya sebuah kelahiran baru semesta. Ibarat seorang Ibu yang melahirkan, selalu ada pengorbanan dan darah yang menghantarkan sang jabang bayi menyapa dunia.
Pengorbanan itu luar biasa menyakitkan dan merupakan jalan kesahidan, namun saat sadar bahwa telah terlahir putra harapan, maka hanya tetap ada rasa syukur bahagia atas karunia TUHAN yang tak ternilai.
Tragedi demi tragedi tampaknya harus direnungkan sebagai takdir alami yang harus dipandang sebagai cara TUHAN untuk membawa kita kepada kesadaran dan harapan baru. Sebuah era baru yang semakin mematangkan pribadi dan laku. Kematangan yang ditandai dengan pemurnian penyempurnaan jiwa hingga semakin jernih secara energi, emosi, pengetahuan dan karma. Bukan semakin terjebak kepada siklus amarah, dendam, iri, dengki, benci, arogansi, penyesalan dan kekecewaan.
Tragedi jelas tak boleh dilupakan. Sekali lagi, ia bisa menjadi tonggak bagi perubahan sikap perilaku yang semakin positif penuh harapan, makna dan keyakinan kepada TUHAN. Atau menjadi tanda keruntuhan bagi kebathilan, ego hawa nafsu dan kandasnya kebodohan. Kita diberi kehendak bebas untuk mengambil salah satu sebagai pilihan.
Rahayu Sagung Dumadi