Art and Culturehistory

Sekilas sejarah taman wisata legendaris Senaputera, sekarang Critasena

Masyarakat Malang dan sekitarnya mengenal taman wisata legendaris yang berada di jalan Kahuripan nomor 1 Malang ini sebagai Taman Senaputera. Sebuah taman rekreasi yang ditargetkan bagi masyarakat menengah kebawah, namun belakangan ini fungsi taman wisata ini sudah berubah menjadi sebuah cafe. Tempat nongkrong yang kekinian tersebut bernama Critasena. Banyak dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum memenuhi lokasi ini, sekedar untuk bersantai. Sebelumnya Taman Wisata Senaputera dikenal juga sebagai ruang publik yang mampu memberikan hiburan kepada anak-anak, dewasa hingga pegiat seni budaya.

Tapi tahukan sejarah singkat taman wisata legendaris ini?. Taman wisata ini berada ditengah kota Malang, tepatnya pada sebelah utara jembatan Kahuripan Malang (jembatan Riebek). Atau dapat pula dikatakan berada di belakang Rumah Sakit Syaiful Anwar RSSA yang menempati luas areal sekitar 21.270 meter persegi yang membentang disepanjang aliran sungai brantas. Berbagai fasilitas sebagai ruang pentas seni budaya, kolam renang, kolam pancing, mini zoo hingga taman indah ada di dalamnya. Tak ketinggalan pula berbagai patung turut menghiasi taman ini, termasuk patung Hamid Rusdi pejuang asli Malang.

Untuk menuju taman ini kita bisa ditempuhnya melalui Alun-alun Tugu Kemerdekaan (alun-alun Bunder) ke arah barat sekitar 100 meter. Tepat di belakang Kantor Koramil Klojen dapat ditemukan lokasi taman wisata ini. Apabila melalui kayutangan cukup memperhatikan posisi masjd Ahmad Yani lalu ke arah utara masuk jalan arah belakang RSSA.

Taman wisata Senaputera berdiri sejak tahun 1960an ini merupakan lokasi yang sedari awal memiliki suasana rindang dan sejuk yang terletak dipinggir sungai Brantas. Sebagai ruang terbuka hijau yang memanfaatkan rindangnya pohon dan gemericik sungai. Secara umum lokasi ini dikuasai oleh Kodam V Brawijaya, dimana pada waktu itu pengoperasionalannya dibawah Koramil Klojen sebagai pengawas. Hal ini dapat dipahami karena kantor Koramil Klojen berada hanya 50 meter arah selatannya.

Pada 19 Februari 1963, salah seorang anggota Korem 082 Kapten Roestam turut mengelola dan mendirikan beberapa fasilitas taman dimana salah satunya pada tahun 1979 didirikan Sanggar seni tari Senaputera. Hingga pada akhirnya keberadaan Yayasan Senaputera sebagai pengelola taman tersebut harus berhadapan dengan Kodam V Brawijaya. Hingga pada akhirnya pada 20 Juli 2012, Pihak Kodam V Brawijaya melaksanakan eksekusi atas lokasi tersebut dan tidak ada perlawanan dari Yayasan Senaputra. Sebelumnya terdapat perselisihan hukum yaitu sengketa terjadi antara pengelola Yayasan Senaputra dengan Kodam V/Brawijaya. Sampai terbit putusan Mahkamah Agung Nomor 1963 K/PDT/2012 Tanggal 8 Desember 2011 yang menyatakan areal lahan adalah milik TNI AD CQ Kodam V/Brawijaya.

Saat berkembangnya taman tersebut banyak fasilitas yang telah dibangun. Diantaranya adalah gapura taman, kolam renang, mushola, amphiteater, kafetaria, ruang parkir, ruang kesenian, ruang busana hingga fasilita penunjang lainnya. Berbagai aneka ragam kesenian tradisional khas malang seperti tari beskalan, tari topeng hingga kuda lumping kerap dipentaskan. Belum lagi sanggar budaya ini sanggup memberikan pembelajaran kepada masyarakt yang berminat belajar karawitan, pedalangan hingga belajar sinden. Belum lagi terjangkaunya harga tiket masuk menjadikan Senaputra sebagai lokasi yang dapat dipergunakan sebagai edukasi siswa sekolah. Khususnya bagi siswa Taman kanak kanak hingga pelajar SD-SMP.

Berbagai sarana permainan anak dapat dengan mudah didapatkan. Sebut saja seperti mini bianglala, komedi putar, ayunan berputar hingga berbagai patung hewan dapat dijumpai.

Pada masa puncak keberadaan taman Senaputera pada tahun 1988 pernah mencatat kunjungan hingga 116.840 orang atau sekitr 325 orang per hari. Hal ini berbanding terpalik pada tahun 2013 dimana jumlah kunjungan hanya mencapai 20 orang perhari atau 7.300 orang saja. Dan pada puncaknya pada tahun 2016-2018, nyaris tak ada orang berkunjung ke Taman legendaris ini. Hal ini pula yang menyebabkan Kodam V Brawijaya sebagai pemilik lokasi harus berputar otak mencari investor.

Hingga akhirnya didapatkan seorang investor dari Mojokerto yang berniat menghidupkan kembali Taman Wisata Senaputera ini. Dengan manajemen baru ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik dan jumlah kunjungan wisata. Berbagai mobil dan motor kuno sempat menjadi ikon baru Senaputera. Sehingga taman wisata Senaputra berganti nama menjadi Brawijaya Edupark pada 2018.

Sebelumnya hal lain yang cukup legendaris adalah keberadaan radio olah raga Senaputra. Radio yang punya jargon, Bos..Bal-balan ..Bos, ini sempat mengudara dengan studio yang berada di taman wisata Senaputra. Hingga akhirnya radio yang berfrekuensi 104.1 FM ini harus hengkang dari taman legendaris ini.

Sanggar tari Senaputera yang legendaris ini pun sempat berpindah-pindah tempat latihan. Tercatat setelah didirikan dan lama menempati ruangan di Senaputera, maka pada tahun 2000an sanggar tari ini harus berpindah lokasi. Pernah menggunakan Taman Krida Budaya Jawa Timur, kampus STIE Kertanegara jalan Cengger Ayam hingga ke Aula Kelurahan Kesatrian dan Kelurahan Rampal Celaket.

Keberadaan Cafe Critasena merupakan keterbaruan dari konsep ruang publik. Tidak sekedar tempat bersantai outdoor namun juga sudah menjadi tempat berkumpul dalam format cafe bernuansa industrial dengan aneka hidangan masa kini. Dibuka sejak 4 November 2022, cafe Critasena memberikan kesan cozy dan tempat untuk bertemu dalam suasana santai. Berbagai aktifitas dilaksanakan di cafe ini, terakhir kolaborasi dengan batik Sundari dalam mengenalkan konsep pakaian batik dalam keseharian. (djaja)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?