Nashir Project, kolaborasi seni dalam keselarasan bunyi
Tidak banyak yang mempunyai kepedulian dalam memajukan seni, literasi dan kebudayaan seperti Sam Nashir Ngeblues. Pria asal Situbondo yang sudah malang melintang di dunia literasi Malang Raya, tentunya punya banyak obsesi dan hasrat tetap berkesenian. Diawali dengan toko bukunya yang mengantarnya bertemu dengan para seniman lainnya sekarang dia bertransformasi. Coba bawakan puisi dalam musikalisasi musik etnik.
Nashir Project sendiri digagas oleh Agus Wayan sebagai ilustrasi musik dan sekaligus penyusun terbentuknya nama dan konsep musikalisasi kolaborasi puisi bersama Nashir Ngeblues. Konsepnya siapapun boleh bergabung baik memvaca puisi maupun ikut bermain musik. “Sejatinya bahwa di Nashir project, siapapun bisa bergabung untuk pertunjukan musikalisasi puisi,”ujar Agus Wayan sang penggagas yang diamini oleh Nashir sang pujangga.
Tercatat beberapa saat di bulan April 2024 ini saja sudah 3 kali penampilannya. Nashir bersama sejawatnya menampilkan olah kebudayaan dalam keselarasan bunyi. Sebut saja dalam acara penutupan Pameran 110 Buku yang berpengaruh di kota Malang tahun 1914-2024, Nashir menempatkan kelasnya. Sebelumnya pada peluncuran buku Spektrum satu abad Stadion gajayana, dia tampil bersama Nashir project. Dilanjutkan pada beberapa event lainnya.
Bersama beberapa rekan pegiat kebudayaan, dia berkolaborasi dengan Aak Agus Wayan dan Ayyim Aryanatha memusikan bunyi alat musik dengan pembacaan musik atau yg dikenal dengan Musikalisasi puisi. Nashir Project menunjukan kebolehannya menselaraskan musik dan puisi pada 21 April 2024 di Malang Creative Center. Dikomandani oleh Nashir, dia menggandeng seniman budayawan untuk turut membacakan puisi dengan iringan kecapi dan rebana. Turut membacakan puisi adalah budayawan Wibie Maharddika, akademisi Budi Fathony, pegiat daur ulang Taufiq Saguanto, seniman Ki Sholeh bersama istrinya serta arkeolog Dwi Cahyono. Tidak ketinggalan juga Agung H. Buana seorang ASN Pemkot Malang yang turut membacakan puisi berjudul Malang dalam Senandung Senja karya Fauziah Rahmawati dalam buku Balaikota Menulis.
Kemudian belum lama berlalu, dihadapan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada 26 April 2024 di gedung yang sama yaitu malang creative center, Nashir Project menampilkan performa terbaiknya. Kali ini bersama Aak Agus Wayan dan Ayyim Aryanatha serta Cak Mad memainkan paduan indah bersama alat musik Peting, bass dan guitar membersamai puisi Nashir Ngeblues dan Wibie Mahardikka. Terlihat Teten Masduki Menteri Koperasi UKM dan Wahyu Hidayat mengapreasiasi penampilan Nashir Project yang diakhiri dengan photo bersama.
Dalam setiap penampilannya Nashir Project tampil bersama beberapa rekan seniman lainnya. Dalam kesempatan tersebut dia mengemukakan bahwa penampilan Nashir Project diawali dengan niat dan tujuan yang baik, lalu kita gelindingkan saja prosesnya. “Tak perlu juga kita sibuk mendengarkan penilaian orang. Karena kita juga sadar bahwa kita tak pernah lepas dari khilaf, lalai, lupa dan sebagainya”. ujarnya menanggapi berbagai komentar. Dia percaya bahwa setiap niat baik akan selalu mendapati tantangan berupa tentangan dan sebagainya. Akan tetapi juga terus mendapatkan jalannya dengan cukup mudah, butuh perjuangan untuk tetap berkarya.
Bisa dikatan bahwa Nashir Project ini adalah bentuk keselarasan bermusik dan pembacaan puisi. Agus Wayan yang dikenal dengan Aak ini mengungkapkan bahwa perlu kolaborasi untuk memajukan kesenian tanpa berpandangan bahwa ada tendesi lain kecuali berkesenian itu sendiri. “Kita perlu menyemangati para senior dan memberikan ruang kebebasan berekspresi dalam berkebudayaan tanpa hambatan apapun,” ujar presonil Arca Tatasawara ini. Sementara Ayyim Aryanatha menyatakan bahwa dirinya perlu banyak belajar dari senior dalam berkesenian. “Saya menyadari masih banyak kekurangan dan perlu banyak belajar ketika memainkan Alat Musik terlebih mengiringi puisi,” ujarnya menyadari keikutsertaannya dalam Nashir Project ini.
Berbeda lagi dengan budayawan Wibie Mahardika punya kecintaan pada Malang sebagai mata air peradaban, menyatakan bahwa pembacaan puisi dalam musik ada warna lain. “Seperti membaca pikiran mengungkap rasa hati dari leluhur yang paling kuna,” saat berekspresi pada acara di MCC tersebut.
Nashir project bisa jadi oase dalam kehidupan berliterasi sekaligus bermusik. Terlebih kota Malang memerlukan ruang untuk berekspresi dalam kesenian. Kabarnya Nashir project akan terus berkarya termasuk mempersiapkan penampilannya di ruang publik seperti kawasan kayutangan heritage. Kita tunggu penampilannya. (djaja)