Nikmatnya wedang Teh Jahe dan jadah bakar di depan stasiun Madiun
Melewati malam di Madiun tak lengkap bila belum berkunjung ke wedangan malam. Diantara banyak cafe dan coffee shop di Madiun namun wedangan khas rajikan Mbah Suseno wajib untuk dinikmati. Setelah hujan ringan melanda kota Madiun, terasa sekali syahdunya kota ini. Menyusuri jalan Pahlawan lalu akhirnya tiba di kawasan stasiun kereta api di jalan Kompol Sunaryo, Madiun Lor. Tak jauh dari gerbang stadion dapat ditemui wedangan Mbah Suseno.
Sebagai penghangat suasana malam, wedangan Mbah Suseno atau akrab dipanggil Mbah Sus memang juara. Disediakan aneka minuman hangat seperti wedang kopi, wedang teh jahe hingga wedang tomat yang full vitamin C. Juga tersedia jajanan hingga pecel. Setiap hari Mbah Sus membuka dasaran warungnya mulai jam 17.00 sore. Dan dikemasi saat jam 03.00 wib dini hari. “Sebelum pagebluk, wedangan ini buka sampe subuh,” katanya sambil menyeduh kopi jahe. Semua wedang hangat di tempat Mbah Sus memakai gelas Blimbing, jadi terasa pas takarannya.
Diantara aneka minuman hangat, juga disediakan jajanan mulai pecel pincuk khas madiun hingga jadah dan pisang bakar. Namun yang pas dikudap bersama minuman hangat dikala malam adalah jadah bakarnya. Pada beberapa daerah sebutan jadah disebut juga tetel. Terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan parutan kelapa, menambah nikmatnya, apalagi aroma santannya kental. Mbah Sus setiap hari menyediakan 5 kg jadah, malah sebelum pandemik covid melanda, hampir setiap malam habis 10 kg jadah. Warung wedang Mbah Sus sudah eksis sejak 35 tahun yang lalu. Peminatnya adalah warga Madiun sendiri atau penumpang kereta api yang naik atau turun di stasiun kereta api.
Ada yang unik ketika Mbah Sus menyiapkan segelas kopi panas. Didekat kursi nyamannya, Mbah Sus membuka kotak kopi dengan hati-hati. Iya, memang kopi Mbah Sus disimpan dalam kotak berbahan seng yang dibuat padat. Sehingga untuk mengambil satu sendok kopi diperlukan usaha khusus yaitu dengan menggaruk kopi padatnya sedikit demi sedikit. Setelah cukup terkumpul barulah disendokan ke gelas blimbing dan siap dituang air panas. Belum lagi wedang teh jahe nya, ada parutan jahe yang disiapkan sebelumnya untuk dicampurkan dengan daun teh merek teh Gopek yang legendaris. Aroma teh berpadu dengan hangatnya jahe menyatu dengan nikmat, apalagi di temani dengan jadah bakarnya. Untuk menyiapkan jadah Bakar tetap hangat, Mbah Sus dibantu oleh anak perempuan ragilnya. Dengan cekatan anaknya mengipas kipas jadah yang dibakar pada tungku kecil. Setiap blok kotakan jadah bakar diiris-iris hingga 10 potong jadah. Sehingga apabila dibakar terasa nikmat dan pas matangnya.
Setiap malam Mbah Sus menghabiskan sekitar 1,5 – 3 kg kopi dan lebih dari 5 kg gula untuk menyiapkan aneka minuman hangat tadi. Kepiawaiannya menyiapkan minuman sungguh memerlukan waktu yang panjang. Menikmati wedang hangat seduhan Mbah Sus seperti melihat orkestrasi gerak tubuh. Mulai dari gerak ringan tangan yang lembut hingga ayunan lengan ketika menuang air panas yang diperlukan sedikit kekuatan. Belum lagi disela-sela jarinya terselip rokok dengan pipanya. Menambah akrab suasana, tak jarang Mbah Sus bercerita ngalor-ngidul tentang kehidupan termasuk perkembangan kota Madiun.
Rasanya ketika duduk di wedang mbah Sus, waktu berjalan cepat. Namun semua itu dapat dihentikan dengan usaha menunggu wedang yang panas menjadi hangat dan siap dinikmati. Wuaaaah…..mantaab rasa Teh Jahe dipadukan dengan jadah bakar. Tak terasa sudah 2 kotak jadah bakar memenuhi lambung yang hampir penuh ini. Sebelum mampir ke wedang Mbah Sus, memang lebih pas kalau menikmati Nasi pecel Yu Gebrot yang berada di jalan Cokroaminoto Madiun. Pendek cerita semalam di Madiun penuh dengan cerita dan kenikmatan wedang seduhan Mbah Sus. Orkestrasi paduan suasana malam yang berbalut dengan kehangatan seduhan minuman hangat dan keramahan wong Madiun. Salam wedang jahe jadah bakar…. (Aboe)