Art and Culturehistory

Chairil Anwar Sastrawan Mbois, dalam kelahiran dan kematiannya.

Siapa tidak kenal Chairil Anwar (26 Juli 1922 – 28 April 1949), sastrawan mbois terkemuka Indonesia yang dijuluki “Si Binatang Jalang”. Ternyata sastrawan ini punya keterkaitan erat dengan Kota Malang. Patungnya pun berdiri di kawasan pusat kota tepatnya di jalan Basuki Rahmat Malang, sebelah utara Gedung sarinah Malang. Penghormatan yang luar biasa ini bagi dunia sastra untuk mematungkan Charil Anwar. Patung ini dilengkapi dengan pahatan puisi berjudul Aku disekitarnya. Puisi ini sangat inspiratif dan membakar jiwa revolusioner Bangsa Indonesia termasuk arek Malang dalam mempertahankan kemerdekaan. Apalagi di Juli tahun 1947 Belanda memasuki kota Malang yang disambut dengan peristiwa Malang bumi hangus.

Chairil Anwar sendiri adalah seorang yang inspiratif dan berjiwa bebas. Walaupun keponakan Sutan Syahrir, tokoh pergerakan sekaligus Perdana Menteri Indonesia kala itu, namun tingkah polah dan pergaulannya sangat egaliter. Memiliki paman seorang tokoh penting membuat Chairil Anwar bisa leluasa mengikuti dan merekam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Termasuk ketika Chairil Anwar hadir dalam sidang Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia di Malang tanggal 25 Februari hingga 6 Maret 1947. Selama sidang pleno tersebut, Charil Anwar memiliki kartu akses khusus (freepass) untuk mengikuti sidang dan menikmati segala fasilitasnya. Termasuk fasilitas makan minum dan menaiki kendaraan yang bertanda KNI di Malang. Bisa jadi Chairil Anwar juga ikut kongkow di Restoran Oen depan Gedung Rakyat Indonesia, kini Gedung Sarinah Malang. Hingga menikmati sejuknya pegunungan daerah Batu memanfaatkan fasilitas sidang KNIP.

Selama di Malang, Chairil Anwar sempat menuliskan kegelisahan, kekaguman dan ke-mboiss-an nya melalui 2 buah puisi. Puisi pertama adalah berjudul Sorga tertanggal 25 Februari 1947 dan puisi kedua adalah Sadjak oentoek Basoeki Resobowo tertanggal 28 Februari 1947. Kemudian kedua puisi tersebut terbit dalam Pantja Raja, 1 April 1947 dan menjadi satu dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu”. Puisi ini menceritakan kekaguman Chairil Anwar terhadap Basuki Resobowo seorang pelukis nudis pertama yang juga seorang tokoh LEKRA. Keterpesonaannya pada lukisan telanjang karya Basuki ini yang diintepretasikan Chairil dalam puisi Sorga. Chairil Anwar adalah lelaki normal yang mengagumi lekuk indah seorang wanita dalam keterlanjangannya. Entah kemana nasib lukisan Basuki ini, raib tak terbekas.

Kepenatan selama 25 jam perjalanan kereta api dari stasiun manggarai Jakarta menuju stasiun kotabaru Malang membuatnya memerlukan refreshing sekedar pelepas lelah. Dia lakukan penyegaran jiwa dengan memanfaatkan kendaraan gratis fasiltas KNI menuju kota Batu. Sebuah kota yang berhawa sejuk dan pas untuk menyegarkan pikiran. Diduga dia juga menuliskan keindahan kota Batu melalui puisi juga. Hal ini menjadi dugaan FX Domini Hera bersama Eka Budianta bahwa bisa jadi sajak Malam di Pegunungan ditulis Chairil saat di Malang pada tahun 1947. Sedangkan sebagian delegasi Sidang Pleno KNI menginap di rumah peristirahatan Selecta Batu yang berhawa sejuk dan menenangkan. Total delegasi sidang itu sebanyak 1500 orang. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana sibuknya kota Malang sampai Batu.

Termasuk sastrawan angkatan 45 yang eksploratif, Chairil Anwar selama berada di Malang selain mengikuti sidang Pleno dan plesiran ke Batu juga tentu menikmati kuliner Malang. Salah satu pilihannya adalah mencicipi Es Puter legendaris Malang dan Rawon hangat yang pas dengan suasana pegunungan. Walaupun perawakannya kurus, keras kepala, tidak suka kehilangan momen dan cenderung awut-awutan khas seniman. Namun Chairil Anwar termasuk seniman yang menyukai makanan khas Malang dan makanan gaya eropa seperti yang disajikan di Rumah makan Oen. Hal ini tentu berbeda dengan latar belakang keluarganya bersuku Minang yang terbiasa menikmati makanan padang.

Bagaikan sebuah komet yang menyala sesaat, Chairil Anwar pun meninggal dunia dalam usia muda yaitu 27 tahun. Kemudaannya telah menginspirasi banyak orang. Karya-karya nya sangat fenomenal karena mampu melawan arus sastra saat itu. Keindahan kata-kata dan penggunaan rima yang tepat didobrak oleh Chairil anwar melalui pilihan hata yang sederhana dan bahasa keseharian. Untuk menghormati jiwa revolusioner Chairil Anwar maka dibangunlah patungnya.

berikut adalah surat dari H.B. Jassin kepada Saleha, ibunda Chairil Anwar, sebuah surat bertanggal 24 April 1949. (sumber Instagram @chairilisme)

Ibunda yang mulia,

Dengan ini saya mengabarkan bahwa Chairil masuk Rumah Sakit CBZ. Penyakitnya penyakit dada. Dia masuk rumah sakit sudah dua hari dengan ini.

Dia minta tolong kepada saya, supaya menulis surat kepada ibu. Katanya ia ingin pulang ke Medan, supaya bisa dapat perawatan yang baik di sana. Di Jakarta sini perawatan di CBZ tidak begitu sempurna.

Kalau bisa tolonglah ibu usahakan ongkosnya. Kirimkan saja ke alamat saya: H.B. Jassin, Siwalan 3, Tanah Tinggi, Jakarta. Nanti saya sampaikan kepada Chairil. —Lain tiada.

Namun patung Chairil Anwar didirikan bertepatan pada hari kelahirannya yang ke 33 yaitu tanggal 25 April 1955. Diresmikan oleh Walikota Malang saat itu M. Sardjono Wirjohardjono. Berdiri di dalam areal alun-alun contong tepat depan gereja kayutangan Malang. Inisiator pendirian patung adalah Ahmad Hudan Daldiri tokoh intelektual yang kagum atas karya sastra puisi Chairil Anwar. Patung ini sendiri telah menjadi Benda Cagar budaya kota Malang tahun 2021 setelah diusulkan sejak 2018. Kelahiran Chairil Anwar saat ini tiap 25 April diperingati sebagai hari Puisi nasional. Disarikan dari diskusi Instagram Live Penerbit KPG bersama FX. Domini BB Hera dan Ary Budiyanto pada Rabu 20 Juli 2022 (AHB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!
👋 Hi, how can I help?