Jelajah Wastra Nusantara Oerip Indonesia Jumpa Jodohnya di Malang
Dian Oerip (Oerip Indonesia) adalah brand image untuk wastra nusantara. Apalagi bagi Oerip Lovers, setiap pergerakan Dian Oerip selalu diburu dan dikejar bagi pecinta wastra nusantara. Minggu 23 Februari 2024, Dian berkolaborasi bersama Taufik Rahzen, Bina Novida, Akbar Kobir, Angga serta Edi Boneski hadir di Kota Malang dalam gelaran Pameran Media Art bertajuk Soul Craft di Mason Art Gallery. Acara ini akan berlangsung mulai 23-27 Februari 2025. Apalagi kegiatan ini didukung oleh beberapa komunitas yang ada di kota Malang. Berbagai jajanan pasar, polo pendem hingga produk jamu disediakan selama pembukaan acara. Selain Oriep Lover, hadir pula para kolektor wastra, seniman lukis dan lainnya. Acara ini juga sebuah arus balik seni yang menautkan tradisi, perjalanan dan ekspresi kreatif wastra nusantara.

Dalam acara pembukaan pameran tersebut, tampak hadir Sam Suga founder Malang Flower Carnival dan pegiat Malang Fashion Week, juga terlihat Kepala Bappeda kota Malang, Dwi Rahayu dan undangan lain yang memenuhi gedung lantai 2 itu. Hadir pula Oerip Lovers Malang, para pengusaha, penikmat wastra, seniman budayawan Jonnie Kirman, Beny RBR dan photografer Jayadi MPC. Pada kesempatan tersebut Dian Oerip menceritakan 17 tahun perjalanannya menelusuri wastra nusantara. Kesukaannya pada alam dan pegunungan membuat Dian Oerip sering menjumpai wastra indah Nusantara. “Wastra tenun itu memiliki jiwa, setiap tarikan alat tenun memberikan signature tersendiri,” ujar Dian. Apalagi disela-sela diskusi tersebut Dian memberikan saran untuk menjaga wastra tenun dengan cara melapisi kain tersebut dengan daun kayuputih. “Warna tenun wastra akan semakin cerah dan tahan lama,” jelas pemilik nama lengkap Dian Erra Kumalasari.

Bagi Taufik Rahzen yang bertindak sebagai kurator pameran Media Art Soul Craft ini bahwa Dian Oerip ini adalah seniman multitalenta. “Selain pegiat Wastra Nusantara dan perintis Wearable Art melalui fashionnya, dia memasuki ranah Media Art melalui penggunaan media digital ke publik,” ujar seniman budayawan NTB ini. Dia mengapresiasi juga perjalanan panjang Dian Oerip menaikkan kelas wastra nusantara sebagai bagian dari global sustaibility.

Pada kesempatan itu Taufik Rahzen juga menyampaikan orasi kebudayaan Soul Craft yang terkait erat dengan slogan Satu Jiwa nya arek Malang. Sejak Kota Malang ditunjuk mewakili Indonesia dalam kota kreatif dunia melalui Unesco, Taufik Rahzen memandang perlu gerakan solid Media Art ini berkembang. Beberapa kali dia bolak balik ke kota Malang untuk memastikan geliat media art berjejaring solid. Ada beberapa kekuatan media art, bagi Taufik Rahzen bahwa kekuatan utama media art terletak pada Kreatifitas, Kolaborasi, Komunikasi, Komunitas dan Konvergensi. “Malang punya kekuatan ini, dengan salam Satu jiwa menjadi cerminannya,” ujar pria berkacamata ini. Dilain hal Taufik juga menyinggung keterkaitan Soul Craft dan mason yang bekerja untuk Keabadian dan kesetaraan. Terlebih acara ini digelar pada sebuah bangunan ex lodjie Freemason. “Deklarasi demi deklarasi, seperti sumpah pemuda hakekatnya menjadikan kita semua setara dalam berkarya,” ujar budayawan kelahiran Sumba ini.

Pameran Media Art bertajuk Soul Craft ini dibuka dengan permainan musik dan penampilan tarian Tor-tor khas Batak. Selanjutnya diisi dengan Live Dress Painting oleh Edi Bonetski pada wastra yang dikenakan oleh salah seorang peraga. Peragaan busana wearable art juga digelar dalam pembukaan acara tersebut. Disela kegiatan tersebut juga diadakan diskusi bernuansa santai. Juga terungkap bagaimana Bina Novida yang berlatarbelakang arsitektur dapat menampilkan apropriasi tanah jawa moei indies seperti Abraham Salm. Tak ketinggalan bagaimana kolaborasinya bersama Dian Oerip menghidupkan karya visual dua dimensi dengan wastra nusantara. “Rasanya lukisan ini semakin memiliki jiwa, perpaduan warna lukisan berpadu dengan tenun,” ujar wanita berkacamata ini. Ada sekitar 24 karya lukis apropriasi tanah jawa yang ditampilkan pada gelaran kali ini.

Sementara itu Agung H. Buana founder Mason Art Gallery dalam sambutannya mengapresiasi perjalanan wastra nusantara Dian Oerip yang telah menjadikan Indonesia mempunyai rangkaian sejarah dan peradaban. “Bila saat ini dikenal Jalur Sutra, maka perlu diapresiasi untuk Jalur Wastra Nusantara diajukan sebagai warisan budaya Unesco,”ujar pria yang juga ASN Pemkot Malang ini. Selanjutnya dia juga menyampaikan kegembiraanya karena 24 karya Bina Novida yang ditampilkan di pameran ini seperti menghadirkan Abraham Salm di Malang. “Sejarah panjang perjalanan Abraham Salm dengan Moei Indies nya akhirnya hadir di Malang, seperti kembali lagi, ” katanya bersemangat.

Di akhir acara pembukaan juga diselenggarakan lelang live online karya kolaborasi antara goresan rajah Edi Bonetski yang di torehkan pada wastra. Sehingga dalam 5 menit karya tersebut terjual Rp. 1,5 juta rupiah. Kegiatan ini diikuti secara aktif oleh Oerip Lovers seluruh Indonesia. Buat yang ingin mengunjungi dan menikmati wastra nusantara Dian Oerip dapat hadir di Galeri Oerip Indonesia yang berada di Jalan Sunan Kalijogo nomor 34 Balong Beran Ngawi Jawa Timur. (djaja)