Ekspresi Kebebasan di Mason Art Galery, catatan Abdul Malik
Adalah pilihan tepat memilih tema Ekspresi Kebebasan dalam pameran perdana sekaligus Grand Opening Mason Art Gallery di Malang. Bulan Agustus adalah bulan istimewa karena 17 Agustus 1945 kita memproklamirkan kemerdekaan. Sebuah momentum. Saat tema Ekspresi Kebebasan ditarik dalam ruang pameran, kita tidak akan bertemu para pejuang yang sigap membawa bambu runcing melawan penjajah.Namun kita akan bertemu dengan para pelukis yang bebas mengekspresikan idenya lewat berbagai isme yang diyakininya. Ruang pameran membuncah menjadi ruang ekspresi kebebasan berkarya.
Ekspresi Kebebasan, mengutip Djoko Saryono dalam Kemelut Cinta Rahwana, adalah Sinta yang bebas memilih: kembali dalam pelukan Rama atau tak meronta saat dibopong Rahwana ke Taman Argasoka.(Tanya Sinta 1). Dalam sebuah kesempatan, Ono Sumarsono, pematung gaek Malang pernah berujar: Seniman sejati adalah sosok yang bersetia pada pasangannya.
Ekspresi Kebebasan adalah gerak tari tokoh Bapang dan Klana Sewandana dalam topeng malang. Keduanya tokoh antagonis bagi Raden Panji Asmoro Bangun. Bapang dan Klana Sewandana adalah sosok pemarah dan pemberani. Topeng keduanya berwarna merah. Dalam konstelasi politik hari-hari ini, keduanya justru memanggul spirit “vox populi vox dei.”
Ekspresi Kebebasan bagi anak muda adalah serupa sosok perempuan dengan rambut bercat merah dan bebas terurai.Mengenakan busana yang nyaman di tubuh. Minimalis menjadi fashion style. Mereka berjuang keluar dari dogma-dogma konvensional.Mereka membuat ‘irisan baru’, keluar dari zona nyaman, terus menerus menghujam dengan pertanyaan:mana yang lebih penting, kulit atau isi?
Ekspresi Kebebasan adalah wajah dua kanak-kanak yang sedang berlari dan bergandengan tangan menyongsong masa depan dengan optimisme.
-Abdul Malik, 27/8/2024