Sebuah Kegilaan, catatan Nashir Ngeblues
Gila dan Kegilaan yang sesungguhnya adalah keluar dari cara berpikir mainstream sekaligus menjadi martir bagi terbukanya ruang baru dalam berproses dan berkehidupan.
Seringkali kita terjebak pada persoalan besar politik praktis negeri ini, pada satu sisi kita membaca persoalan-persoalan politik tersebut seolah sengaja diciptakan, agar kegaduhan tetap stabil, sehingga semua orang akan melewatkan momen penting yang terjadi di tempat atau ruang lain.
Alih-alih fokus kita pada gembyeng politik praktis yang tak kunjung mereda, tapi kita justru kehilangan momentum-momentum yang sepertinya kecil dan sederhana, akan tetapi justru itu menjadi sangat penting sebagai bagian dari introspeksi diri pada sikap di diri sendiri, akibatnya perubahan yang sebenarnya justru tak pernah terjadi, sebab kita sendiri tanpa tersadari telah kehilangan sikap yang jelas pada realitas hidup di sekitar kita.
Ditengah kondisi jebakan hiruk-pikuk materialisme pemikiran dan semangat itu lah, seringkali lahir sosok-sosok yang keluar dari pemikiran mainstream.
Sosok yang seolah tak pernah merasa lelah dan berhitung untung rugi sedemikian rupa dalam tiap pergerakannya.
Sosok tersebut seringkali bertindak seolah pedagang yang sengaja hamburkan modalnya, pedagang yang tak takut rugi dengan memberikan sebagian dagangannya pada orang lain.
Sebuah tindakan yang bisa dikatakan gila, karena yang dijalankan seolah keluar dari hukum untung rugi, sebuah tindakan yang keluar dari orang pada umumnya. Bersusah payah sendiri demi kebaikan orang lain, meskipun dirinya sendiri sebenarnya secara kasar mata juga sedang membutuhkan support dari orang lain.
Sosok-sosok seperti inilah yang seringkali prophet intelegence jauh lebih besar keluar dari dalam dirinya, sehingga tak jarang terjadi, bahwa sosok tersebut menjadi fenomena atau bahkan bisa saja disebut fatamorgana ditengah geliat dan hiruk-pikuk mental materialisme dan kolonialisme.