Kembul Topeng Sebagai Perekat dan Kebangkitan Seni Tradisi di Indonesia, catatan Nashir Ngeblues
Sebuah Reportase ditulis dalam sebuah perhelatan seni tari dalam Kembul Topeng#2.
Perhelatan seni tari tradisi bisa jadi sangatlah jarang kita temui. Dan Malang sebagai salah satu wilayah yang punya akar tradisi Tari Topeng Panji telah mengadakan pertemuan tari tradisional dengan Kembul Topeng.
Kembul sejatinya bermakna kebersamaan tanpa sekat, makan bersama dalam satu wadah di sebut Kembul. Maka Kembul Topeng pun juga bermakna kebersamaan, bukan dalam artian gotong royong tapi lebih pada kesetaraan dan di topang bersama segala sesuatu pergerakannya.
Kembul Topeng dipakai sebagai ruang pertemuan bersama, berkumpul bareng, makan bareng dan membicarakan bareng dengan tema apa saja yang sangat memungkinkan untuk menjadikan sebuah dinamika baru bagi proses berkesenian terutama seni tari tradisional yang di banyak daerah sudah mulai tergerus oleh tari-tari modern dari negara lain, karenanya perhelatan ini menjadi penting bagi seni tari tradisi dan khususnya tari topeng dari berbagai daerah di Jawa.
Kembul Topeng 2 di hadiri dari seniman tradisi dari beberapa daerah. Dari Madura datang Seniman Tari Topeng dari Pamekasan, Sumenep, Bangkalan, datang juga seniman dari Bondowoso, Situbondo, Indramayu, Solo, Jogya, Banyuwangi dan Jombang.
Acara di buka dengan penampilan Jula-juli Kluyuran dari Cak Marsam Hidayat, yang mencoba untuk mengingatkan pada kita, agar berhati-hati dalam berinteraksi sosial, menjaga adab.
“Ojo sampe cidro, sebab wong cidro adoh soko sing kuoso. Teruslah berbuat baik dan teruslah berdoa pada Tuhan yang Maha Kuasa agar kita dihindarkan dari bala dan malapetaka. Cintailah negeri ini dengan kebudayaannya” Kata Cak Marsam salah satu Tokoh Ludruk yang masih eksis mengikuti moment pergerakan kesenian di Malang Raya.
Lalu disusul penampilan tari Topeng Bapang oleh Sumar dan Patih dari Desa Jambuer, dengan kelenturan tubuh yang cukup luwes namun tegas sehingga bisa menggambarkan karakter tokoh yang di mainkannya.
Kemudian berlanjut dengan penampilan Tari Kreasi dari seniman Situbondo Pak Tutun dengan judul Tari Mongkor yang dibawakan oleh para remaja, namun gemulai dan ketegasan gerak tari para remaja perempuan itu sangatlah indah. Usai penampilan anak didiknya, Pak Tutun diberikan kesempatan untuk bercerita tentang proses beliau.
Dalam sambutan tersebut, ada beberapa point yang sangat menarik dari Pak Tutun, beliau mengatakan bahwa :
“Seni adalah daya saing bangsa, dengan seni manusia indah, dengan ilmu manusia akan tercerah, dengan agama manusia akan terarah, jangan takut untuk tetap menghidupkan kesenian, sebab Tuhan juga tetap memberikan jalan tersendiri bagi rejeki kita” kata Pak Tutun Tokoh PenariTradisi dari Situbondo yang menurutnya, beliau lahir di belakang terop saat ibunya bermain tari topeng yang ngamen dari terop ke terop sekabupaten Situbondo dan sekitarnya.
Acara ditutup oleh penampilan Seniman Tari Topeng dari Desa Jabung yang menampilkan tari kolosal dengan judul Sodho Lanang yang bercerita tentang seorang Prabu Klono hendak melamar Ragil Kuning tapi dihalangi oleh Raden Gunungsari.
Dengan Ki Soleh Adipramono sebagai Dalang, Ki Soleh adalah pemangku dari Padepokan Mangundharmo – Tumpang. Majid adalah salah satu penari muda yang sangat potensial, sebagai penari yang di dapuk menjadi Prabu, Majid cukup berhasil membawakannya, gerakan Majid yang gemulai namun tegas cukup sukses menggambarkan sosok seorang Prabu yang telah berumur 50 tahunan. Gerakan tari dari majid mampu memunculkan aura seorang Prabu.
Muncul juga seorang perempuan talenta muda yang sangat berbakat yaitu Binti yang asal Desa Kesambon namun aktif belajar ke hampir seluruh Padepokan Tari Topeng yang ada di Malang Raya. Binti yang kini baru selesai menyelesaikan studi S1 nya, justru tampil gagah dengan Tari Topeng Patih dan Bapang yang biasa dibawakan oleh laki-laki. Gerakan tak terlihat lemah lembut namun justru lembut, gagah dan tegas dalam tiap gerakannya, Binti sukses menampilkan dengan memunculkan enerji dari Tokoh Patih dan Bapang yang di bawakannya.
Secara umum penulis merasakan puas dengan kekuatan para Seniman yang tampil malam itu, dan berharap acara Kembul Topeng ini akan menjadi agenda tahunan, sehingga bisa menstimulus hasrat seniman muda untuk semakin geliat dalam memperjuangkan eksistensi Tari Topeng Tradisional dari berbagai daerah. Semoga akan lahir banyak seniman muda Tari Topeng dan Tradisi lainnya ke depan.