Mencari Hakikat Kebahagiaan dan Kesadaran, catatan Nashir Ngeblues
Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan, bahkan seorang pembunuh, perampok dan siapapun itu pasti sangat menginginkan kebahagiaan dalam perjalanan kehidupannya.
Banyak yang beranggapan bahwa kebahagiaan identik dengan uang atau kekayaan, padahal sesungguhnya uang dan kekayaan hanya bisa membeli kesenangan tapi bukan kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah milik hati yang diberikan oleh Tuhan sebagai penyeimbang dari rasa kesedihan.
Sementara kesenangan adalah milik keinginan yang memang lahir dari hasrat liar manusia yang lalu bergerak menguasai akal pikirannya.
Tidak jarang kita menemukan orang yang kaya raya tapi dalam kehidupannya pikirannya selalu galau dan jiwanya selalu dirundung kegelisahan, bahkan untuk sekedar tersenyum saja seolah membutuhkan kekuatan tertentu
“Bukankah semua itu adalah penderitaan ?”
Sering juga kita melihat orang yang hidupnya secara materi cukup minim, tapi terlihat cerah wajahnya seolah memancarkan cahaya yang menggambarkan sebuah kebahagiaan yang dia rasakan, bisa tertawa lepas, senyumnya sumringah, seolah perjalanan hidupnya tak ada beban yang menindih dalam keseharian nya.
Kebahagiaan sangat bisa dan memang harus diciptakan oleh tiap Individu manusia, kebahagiaan sifatnya bukan material karena memang milik hati, sehingga cara menciptakan kebahagiaanpun tak memerlukan materi, tapi sangat memerlukan kedewasaan dan keberanian untuk mengikis segala bentuk keinginan.
Keinginan untuk memiliki dan menguasai materi yang berlebih, keinginan untuk dipuji atau bahkan untuk dihormati secara khusus oleh orang lain, karena memang keinginan tak pernah mengenal batas
Sayidina Ali mengatakan bahwa agar seseorang merasakan kebahagiaan, maka dia harus berbuat baik pada orang lain (bermanfaat).
Abaikan omongan orang lain tentang kita, karena mereka yang suka pada kita akan mensupport kebaikan yang kita lakukan, sementara yang tidak suka akan terus mencurigai semua kebaikan yang kita lakukan.
Menjalankan nilai-nilai kebaikan itu adalah hakikat kesadaran, sementara kesadaran akan terbentuk ketika kita aktif introspeksi dan introspeksi akan berjalan dengan sangat efektif ketika dalam prosesnya tidak melibatkan keinginan (hasrat liar).
Bukankah kebaikan yang kita lakukan hanya memerlukan penilaian dari Tuhan, bukan penilaian dari manusia ? Dan Tuhan akan menilai sesuai dengan niat saat kita akan menjalankan kebaikan itu sendiri.
Nashir Ngeblues